Tuesday, March 22, 2016

Breast Cancer : Cerita 3 : Operasi

Operasi direncanakan akan dilakukan pada 1 Desember 2015, jam 9 malam.  Tapi gw sudah diminta datang jam 12 siang untuk persiapan operasi.  Selain periksa darah, juga periksa EKG jantung, periksa alergi, untuk memastikan operasi berjalan lancar.  Bukan apa2, biusnya bius total dan akan agak lama, so kalau ternyata jantung gw kenapa2 ya bakal serem juga sih... Dokter anestesi yang akan melakukan pembiusan juga sempat berkunjung untuk membicarakan proses anestesi dan apa yang akan mereka lakukan saat operasi.  Pointnya tetap : operasi buat buka jaringan, ambil jaringan tumor, cek VC, bila jinak, tutup luka, semua selesai.  Bila ganas, angkat payudara, dan ambil limfenode di ketiak untuk cek patologi lanjutan.  Jelas sih, jelas juga bahwa satu2nya yang bisa gw lakukan adalah berdoa, siapa tahu ternyata si tumor ini adalah tumor jinak....
Jam 8 gw mulai bersiap-siap untuk masuk ke ruang operasi... Udah cakep pake baju operasi, pake tutup kepala dan lepas semua aksesoris (yang karena gue jarang pake aksesoris, artinya adalah lepas kacamata). Saat didorong ke ruang operasi, mulai terasa degdegannya, karena rasanya seperti masuk ke gerbang penentuan... Sekarang semua masih fifty-fifty, apakah benign (jinak) atau malignant, tapi didorong keluar nanti, bisa jadi gw sudah breast less... hufft...
Setengah perjalanan menuju ruang operasi, tetiba dokter Cahyo mendatangi gw, sambil berkata "Nanti, kalau ternyata ganas, saya angkat ya mbak, seperti yang dibahas kemarin". Entah kenapa, saat itu gw iseng menjawab "Ngga bisa disisain dok? Jangan diangkat semua". Dokter mengerenyitkan dahi sambil berkata "Kalau dekat puting, susah kalau disisakan, saya lihat dulu ya mbak, tapi kalau lumpectomy, berarti harus radiasi ya". Jawab gw "Iya ngga papa dok"
Melihat muka gw yang mungkin terlihat ngga mau kehilangan sebelah payudara, dokter akhirnya mengiyakan, dan mengambil spidol untuk menandai daerah yang akan diambil, kalau saja tumornya ganas.  Ya sekitar diameter 7 cm di sisi kanan atas payudara. "Ini yang saya akan ambil kalau ganas ya mbak...", "Okey dok"
Setelah itu, suster meneruskan mendorong gw masuk ke ruang operasi, dan kemudian mempersiapkan anestesi via suntikan.  Awalnya gw masih sempet bilang ke dokter "Ini bius mulai masuk ya dok, kok rasanya berat kepala saya"...tapi setelah itu semua gelap...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiga jam kemudian, gw terbangun di ruang pemulihan yang dingin luar biasa.  Gw ngelirik ke payudara gw, hmm, kayaknya mah masih ada... Apakah benign? Tapi kok kayaknya sudah lama banget gw disini.. melirik ke jam, sudah jam 12 malam, berarti operasinya lama hampir 2 jam...hmm jadi, jadi?
Melihat gw terbangun, suster mendatangi dan mulai mengajak cerita macam2... sekarang gw lupa apa yang diceritakan dan ditanyakan, tapi kalau ngga salah hal2 yang butuh gw tetap sadar untuk menjawab, seperti siapa nama gw, anak gw berapa, pertanyaan aneh2 lah...mungkin itu protokol untuk mengecek kesadaran gw...

Begitu ketemu sama Indra, baru dia cerita bahwa ternyata tumornya ganas... sehingga payudara harus diambil sebagian, plus 4 kelenjar getah bening di ketiak, yang kemudian juga dikirimkan ke patologi untuk dicek jenis tumornya. Rasanya lemes dengernya, tapi ya sudahlah, mau dikata apa....


Ini hasil operasinya, yang berbentuk oval adalah kulit payudara yang diambil, sementara yang berwarna merah adalah daging dan kelenjar susu. Tumornya sendiri terletak dibalik daging merah itu.

kalau ini namanya Barovac, fungsinya untuk memvakum daerah luka operasi.  Biasanya kan luka itu berair, nah si Barovac ini akan menarik air yang keluar dari luka, sehingga luka lebih mudah kering dan sembuh.

kalau ini, tampilan ubet2an kemben, karena foto ini diambil setelah 3 hari di rumahsakit, ya mohon maaf kalau ubetannya sudah rada awut2an :)

Barovac diatas, setiap hari (pagi) harus dikeluarkan air didalamnya, dan ditekan supaya vakum kembali, jadi bisa menarik cairan keluar lagi. Selang seminggu baru barovac ini dilepas dari luka. Sementara, kemben baru dilepas setelah 2 minggu, dan juga baru boleh mandi akhirnya....

Jadi pelajaran terbesar gw setelah operasi ini adalah : ternyata gw bisa bertahan tetap cakep, tanpa mandi selama 14 hari!

Monday, January 25, 2016

Breast Cancer : Cerita 2 : Diagnosa

Salah satu hasil mammografi yang digunakan dokter Onkologi untuk membuat diagnosa

--Baca cerita sebelumnya di cerita 1--

Malam itu, di malam Jumat, 27 November 2015, langsung sesuai saran dokter radiologi, gw konsul ke Dr Cahyo, dokter spesialis bedah Onkologi yang berpraktek di RSPI Puri Indah setiap hari Senin dan Kamis. Pada saat masuk ruangan, dokter Cahyo senyum2 sambil bilang " apa kabar mbak, sehat gini kok konsul ke saya".  Hmm, iya sih, gw juga berasanya sehat dok, apalah daya ternyata ada sesuatu di badan gw dok, huhuhu...
Setelah melihat hasil USG, mammografi dan juga perabaan (dokter ke 3 yang meraba gw, ihiy), saran dokter adalah dioperasi, dan bila tumornya ganas diangkat. Heh, diangkat? biar kecil imut gini, ya tetep aja gw kaget kalau payudara gw disuruh diangkat :(
Dokter bilang, operasi yang akan dilakukan adalah pembukaan jaringan, diambil jaringan tumor dan sekitarnya, dicek dengan VC, kemudian 30 menit kemudian, hasil patologi VC itu akan menentukan nasib payudara gw.  Bila tumornya ganas, langsung diangkat semuanya, plus limfenode (jaringan getah bening disekitarnya).  Bila jinak, hanya jaringan tumor diambil.  Gw rada keliyengan sih dengerin penjelasannya dia, tapi langsung bilang "Operasinya kapan dok sebaiknya?"
Dokter bilang Senin minggu depan (4 hari setelahnya) juga bisa, lebih cepat lebih baik. Namun demikian, dokter juga minta gw ngobrol dengan suami dan keluarga terdekat dulu.  Pada saat itu, gw yakin kalau Indra bakalan setuju sama apapun keputusan gw, apalagi kalau dasarnya adalah diagnosa dokter, juga data2 solid gini, so, langsung bilang ke dokter "suami saya mah kalau sudah jelas seperti ini, dan ada datanya, pasti setuju dok", tapi kemudian, gw juga minta undur sehari, ke hari Selasa minggu depannya. Entah kenapa, rasanya ngga asyik kalau di awal minggu harus operasi...
So, kemudian, sibuklah gw dengan atur booking kamar operasi dll dsb ke bagian administrasi sampai beres, bisa datang langsung Selasa jam 12 siang, untuk operasi malamnya jam 9 malam.
Begitu sampai rumah, bahkan ketika di menyetir di perjalanan pulang baru deh terasa semua informasi itu bikin penuh kepala. Pagi gw berangkat dengan tanpa ada firasat apapun, tapi malam ini gw pulang dengan hasil2 radiologi yang menunjukkan badan gw ada tumor yang entah ganas entah jinak, plus punya jadwal operasi besar dalam 5 hari kedapan. Too much information, too much sampai rasanya keliyengan.
Sampai di rumah dan cerita lengkap ke Indra, dia setuju untuk jalankan sesuai dengan dokter, namun dia juga berfikir untuk cari second opinion, buat cek-cek, siapa tahu ada diagnosa berbeda dari dokter lain.  Kita setuju buat pergi ke Siloam Kebun Jeruk di hari Sabtu.
Besoknya, gw juga info2 ke beberapa orang penting di kantor, teman yang mau gw titipin kerjaan, juga tentu saja atasan gw.  Karena semua orang di kantor gw itu baik2, bener2 gw dapet dukungan penuh dari semua orang, tapi mereka tetep juga menyarankan untuk cari second opinion.  Kalimat boss gw yang paling gw inget adalah : are you sure that the hospital is a good one? the doctor is good? you will still want to find second opinion, rite? Haha, mungkin sebagai pak bule, dia rada khawatir kalo di Indonesia rumah sakitnya kaya di film2 tahun 70an kali...
Sabtu, berdua sama Indra, gw konsul ulang ke Dr Agus Sutarman, spesialis bedah onkologi yang berpraktek di Siloam Kebun Jeruk. Karena gw biasa ke RSPI Puri yang lumayan sepi, agak kaget2 pas ke Siloam yang lumayan rame.  Antri dokternya juga cukup panjang sebelum dipanggil.
Diagnosa dan penjelasan Dr Agus bener2 pleketiplek sama dengan Dr Cahyo.  Hanya saja Dr Agus menjelaskan lebih panjang lebar tentang apa itu VC (yang ternyata kepanjangan dari Vriescoupe) atau teknik potong beku untuk mengetahui apakah jaringan tersebut tumor jinak atau ganas dengan waktu cepat.  Dokter juga menjelaskan bahwa hasil Birads 4 menunjukkan kecenderungan ke keganasan, karena sebenarnya Birads tersebut ada 6 level, makin keatas makin menunjukkan kemungkinan keganasan.
Penjelasan Dr Agus membuat gw lega, maksudnya lega disini adalah, lega bahwa diagnosanya sama, dan merujuk pada hal yang sama, operasi.  Gw bisa nantinya menjalankan operasi, tanpa perlu takut nantinya ada yang bilang : lho kenapa dioperasi langsung, harusnya kan abc dulu...
Soal operasinya sendiri sih, ya, sudahlah dijalanin aja, ngga usah susah hati, mau di tunda2 juga akhirnya harus dioperasi, ya mendingan mah cepet aja...

---lanjut ke "operasi breast cancer---





Sunday, January 10, 2016

Alien yang lain - Breast Cancer 2B. Cerita 1 : Bagaimana bisa tahu?




Ini adalah terusan tulisan : be careful of what you wish for.
Jadi, ternyata oh ternyata, didalam tubuh gw, selain ada Keloidnya (boleh baca : alien bernama keloid), ternyata ada pula alien lain yang baru saja menggeliat bangun di toket gw.  Iya, toke gw yang kecil imut2 itu berani2nya dijajah sama cancer... bener2 tega deh ini yang namanya sel cancer....


Oke, ceritanya bermula dari...
---------------------------------------------------------------




Medical Check-up 9 November 2015, hari bersejarah banget buat gw.  Dokter cewe saat itu bilang : mau periksa payudara? Gw bilang : boleh (ya boleh lah, dipegang2 toketnya, hahaha).  Saat itu gw yakin 100persen kalau hasil pemeriksaan bakalan baik2 aja.  Lha February 2014 aja gw baru jalanin USG mammografi dengan hasil normal, nah, padahal saat itu gw datang ke unit radiasi dengan keluhan nyeri dan benjolan di payudara kanan. ternyata bukan apa2 tuh... apalagi sekarang, ngga ada keluhan apa2, ya pasti bakalan aman2 aja kok...


Wheladalah, tenyata ngga begitu hasilnya.  Dokter cewek yang lumayan berumur (halah paling seumuran gw) dan cekatan ini, setelah nguwek2 toket gw, kemudian bilang : hmm kok ada benjolan ya di payudara kanan, coba deh mbak dirasakan -- sambil menunjukkan area payudara kanan.  Ih, masa gw pegang2 toket sendiri, begitu pikiran gw... tapi eh bener, kok ada benjolan ya... haduh apa iniiiih
Dokter sempat bilang : mungkin ini hanya benjolan hormonan karena saat itu gw sedang menstruasi.  Yang paling bener adalah, mengecek kembali ke dokter, atau USG/mammografi setelah menstruasi kelar.


Gw pulang dengan perasaan mengharu biru, eh engga deng... dengan perasaan rada limbo (limbo tuh apa ya... kayaknya rada bengong gitu deh). Dan karena masa menstruasi gw saat itu baru mulai dan juga karena banyaknya kerjaan yang bikin jadwal ke doker jadi rada ribet, plus tambah ada unsur malas/serem kalau ternyata hasilnya menyeramkan, gw baru ke dokter tanggal 27 Nov, itupun setelah Indra udah nyuruh2 saban hari buat ke dokter...


-----


27 November
Nah ini juga hari bersejarah ni... Hari ini tuh Kamis, jadwal gw work from home, so cita2nya adalah USG pagi2, dapet hasil okeh, lalu kerja di kafe kecil di sekitar daerah puri.  Perfect plan for Thursday lah... Pertama gw ke Dokter umum dulu untuk dapetin rujukan USG mammogram.  Kenapa harus ke dr umum dulu? Karena kalau langsung ke USG, ngga akan bisa dibayarin oleh Asuransi ;)
Dr Umum yang gw datangin, Dr Jayari, sebelum bikinin rujukan, juga periksa fisik dulu, mungkin supaya jelas bener ada benjolan ya...(soalnya dulu dr umum yang gw minta rujukan langsung bikin surat aja, ngga pake pegang2 dulu... lumayan lah, jadi ini dokter ke 2 yang pegang toket gw)


Ada unsur lucunya disini, si dokter ini, sebagai dokter umum yang berkelamin cowok, dia pastinya lebih sering berhadapan dengan kasus mencret pilek cacar demam dong, tinimbang ada yang datang mengeluh benjolan di payudara.  Keliatan banget canggungnya, plus kita justru lama nunggu suster datang, karena dia ngga berani periksa tanpa ada saksi, takut gw merasa diapa2in kali yaaa (sementara gw sih nyantai2 aja...haha)




Pengamatan fisik sih sama hasilnya, ada benjolan, langsung gw capcus menuju bagian radiologi - USG Mammografi. Nah, dr Radiologi yang memeriksa gw, ternyata masih sama dengan yag dulu memeriksa gw setahunan yang lalu.  Begitu melihat gambar benjolan di payudara kiri, dia langsung jenggirat (aduh, apa ya jenggirat itu, kaget lah).  "Lho kok ini ada tumor sih? kamu dulu kan bersih ya? emang ngga kerasa? kok bisa sih ngga kerasa? Hayo ke dr umum tadi minta rujukan mammografi, trus nanti malam langsung ke dr bedah onkologi ya, buruan!"
Rasanya kayak mitraliur deh, dor dor dor, harus ini itu... dikepala gw cuman, haduuuh, gagal deh ngopi2 sambil kerja nih... Saat itu belum kepikir panjang bahwa kejadian ini bakal ngubah hidup gw berbulan2 kedepan...


Setelah dapet rujukan ulang (iya bolak balik kesana kemari demi rujukan ini lumayan bikin capek), gw balik ke bagian radiologi, kali ini untuk Mammografi.  Awalnya gw bingung, emang beda ya USG mammogram ama mammografi? ternyata iya beda banget
USG mammogram itu persis kaya USG, pake gel2 gitu yang dioles ke payudara, dan selain ngga sakit, dia berguna untuk deteksi dini.  Kenapa deteksi dini? karena dia ngga bisa ngasih tahu apa jenis tumornya, hanya untuk melihat apakah ada benjolan, dan apakah benjolan itu tumor atau hanya kista saja.
Nah, Mammografi itu, modelnya kaya foto rontgen, payudara difoto dengan sinar X-ray.  Katanya sakit? ya lumayan sih, soalnya payudara digenceeet sampai (agak) rata demi dapat gambar yang bagus,  Buat gw yang toketnya imut gini, agak susah juga sih mammografi, lha bagian yang mau difoto, nempeeeel banget sama dada gw. Gw sampai ketawa2 pas diterangin sama susternya gimana pakainya...


Hasil mammografi menunjukkan ada tumor dengan BIRADS 4.  Birads itu adalah ukuran (skala) tumor ganas atau jinak.  Birads 1 itu cenderung ke jinak (benign) sementara birads 6 itu cenderung (hampir pasti) ganas. Nah kalo birads 4? hmmm ya gitu deh, menceng2 ke arah ganas..... huhuhu...


Malam itu juga, gw langsung ke dokter bedah Onkologi, Dr Cahyo di RSPI. Untung banget si dokter yang satu ini prkakteknya di hari Kamis, jadi gw ngga perlu bolak balik untuk bisa ketemu dia.....




---lanjut ke Diagnosa Onkologi ----

Be careful of what you wish for

Jumlah pekerjaan di kantor, sedang mencapai tingkat tertingginya minggu itu. Eh bukan, bukan seperti itu formulasinya... Selama berbulan-bulan, kerjaan dikantor terus menerus dalam situasi hectic. Rasanya seperti sprint dalam jarak marathon, sayangnya tanpa ada harapan untuk jadi pemenang. 
Tapi jangan salah sangka bahwa semua itu dijalani dalam situasi gloomy nan mencekam. Engga juga sih, kita semua ketawa2, merasa jadi satu team yang solid, namun memang banyaknya kerjaan bikin semua anggota team merasa lelah (eh mungkin ngga semua, gw aja, maklum menua). Namun terasa setiap hari bagaikan kejar kejaran dari satu meeting ke meeting lain, perdebatan satu ke perdebatan lain, dan kemudian menatap layar laptop mengerjakan semua perhitungan, laporan atau rencana sebelum matahari tenggelam di sisi barat, dan harus kembali bertempur dengan kemacetan Jakarta yang juga butuh energy tingkat tinggi untuk bisa melewatinya.




Perasaan gw sih, sebenarnya dibandingkan dengan teman2 yang lain apalagi orang2 yang posisinya diatas gw, kerjaan gw sih ngga ada hectic2nya.  Belum lagi gw punya waktu work from home satu hari setiap minggu, pulang kerumah pun selalu sebelum azan Isya berkumandang. Tapi, ya kenapa ya? kayaknya kepala gw penuuuh banget.  Iya sih gw punya bisnis sampingan jualan Cookies, tapi diitung2, setiap minggu, sebenarnya sedikit banget waktu yang digunakan untuk mengurusi bisnis ini, tapi memang bikin kepala juga penuh sih.


Entahlah, emang gw benernya terlahir jadi orang yang leyeh2an kali ya, jadi begitu kerja intense, rasanya cuapek banget.

Berbulan-bulan kerja on speed seperti itu membuat terakhir kali gw pergi liburan yang benar2 terhitung sebagai liburan yang terencana dengan baik adalah January. Iya, 11 bulan yang lalu saat bersama teman2 pergi ke Sikkim India. Setelah itu semua libutan yang gw lakukan adalah liburan yang sifatnya mendadak dan bahkan terhitung bukan liburan, karena bareng krucil.


Iya, buat gw, pergi bareng krucil memang bukan liburan. Itu jalan2, bukan liburan.  Karena, tahu sendiri lah, dengan 2 ekor krucil yang menempel bagaikan lem perangko, otak dan badan gw ngga pernah menemukan saat untuk berlibur. On terus, walaupun kali ini bukan memikirkan kerjaan, namun makanan, lokasi jalan2 dan itinerary jalan2.


Dan bahkan di akhir tahun ini, alih2 pergi jalan berdua atau sendirian, rencananya adalah pergi ke rumah adik gw di singapura, dan jalan2 kesana.  Lebih karena itu rencana yang paling mudah dibikin, dan bakal mudah dijalankan tanpa friksi apapun.



Jadi ditengah minggu itu, ketika sedang rehat sebentar diantara tumpukan email, gw sempat ngelangut.. hmm, walaupun akhir tahun ke Singapura sebenarnya biasa aja dan mungkin gw ngga akan liburan2 amat, gw benar2 menantikan hari2 itu.. Bayangan gw, hari2 itu bakalan jadi hari2 yang menyenangkan tanpa email, concal ataupun ngecek budget tersisa.  Walaupun, pastinya, ngga ada itu ngelencer lihat2 pasar sendirian atau kelilingan tanpa rencana seperti yang biasa  gw lakukan kalau liburan sendirian. Tapi, paling ngga... punya harapan diakhir tahun ada jalan2 saja, rasanya sudah menyenangkan.... sampai akhirnya


hmmm.... kayaknya enak kalau sebelum akhir tahun gw bisa berhenti kerja bentar, istirahat bentaaaar aja. Ngga kerja, ngga ngapa2in... ditempat tidur aja...


Dan mulailah semua cerita baru ini....cerita yang bikin ada hari2 dimana gw beneran di tempat tidur, ngga bisa ngapa2in, tidur lemes, mual dan keringetan.


Dan sambil lemes gitu, kepala gw mikir.... iya siiih, pengennya tiduran ajaa, tapi ngga gini juga kaliiii hohohoho....
Jadi, moral of the story : kalau mau punya harapan, kudu jelaaas, jangan sampai salah arti :/




---bersambung ke my journey---