Monday, February 28, 2011

Tour de Tasikmalaya 3-6 Feb 2011

Setelah sempet direncanain dan dibatalkan bolak balik... Akhirnya disuatu liburan (agak) panjang, jadi deh gw sekeluarga jalan ke Tasikmalaya. Sponsornya, siaplagi kalau bukan teh Riska, preman asli Tasik, yang manis dan baik hati. Karena ke-OK-annya Riska ini, liburan yang tadinya diharapkan cuman jadi libur iseng tanpa harapan apa2, berubah jadi liburan asyik yang bakal diinget2 terus :)
Pagi-pagi buta
Liburan ini kita beramai2, ada Gw plus Indra dan Rangga, ada Noel plus Dewi dan Paska (si bayi kecil nan manis), plus Riska, Eqiw dan Dian. Jadi total ada 7 orang gede plus 2 krucil yang dimasukkan dalam 2 mobil.
Atas saran dari Noel, kita berangkat pagi2 buta, dan janjian di rest area kilometer 19 jam 5 pagi. Tapi, kita semua, memboikot keinginannya Noel dengan dateng baru jam 6-an... hiihihihi....
Anyway, perjalanan pagi itu lancar sekali, ngga macet seperti yang dikuatirkan Noel....
Jam 8 an, kita sampai di rumahmakan Strawberry setelah keluar tol. Tempat makannya asik buat leyeh2 karena pemandangannya indah, plus ada danau2an yang bisa buat naik perahu kecil. Sayangnya pas kita kesini belum buka karena masih kepagian.
pemandangan dari rm strawberry, sawah dan hijauuuu

Setelah puas makan2 dan ngerumpi, kita langsung jalan menuju ke Tasik, kota kesayangannya Riska. Sebelumnya kita sempet mampir ke Rajapolah, sentra industri kerajinan anyaman bambu di Tasik. Awalnya gw ngga terlalu tertarik buat liat2. Di kepala gue berfikir... ah palingan tas2 biasa, nanti kalau dibeli cuman menuh2in rumah. Tapi, ngga tahunya, setelah gue menilik dan mengamati, waow... kerajinannya keren2... Tasnya buatannya rapi, dan manis dan harganya muraaaah. Bayangin tas jinjing cuman seharga 35ribu, tempat laundry besar, seharga 50 ribu... Makanya setelah satu toko, gw memilih duduk nongkrong di emperan sambil main uler2an bareng Rangga. Tiada lain alasannya adalah takut kalap belanja kalau datengin semua toko :)

Rangga n mainan uler2annya...
Rumah diatas Balong

Masuk kota, kita langsung diajak Riska ke rumahnya, yang ada diatas empang (eh apa ya bahasa benernya). Jadi rumahnya berdiri diatas air seperti di rumah makan- rumahmakan sunda. Dan asyiknya juga didepannya juga terhampar sawah yang baru aja dipanen. Banyak bebek lari2an mencari makan di sawah...
Rangga sibuk ngasih makan ikan...
Dirumah Riska ini, gw dan Rangga juga dapet pengalaman baru....mancing!! hehehe... baru sekali ini gw beneran mancing dan dapetin ikan 3 kali berturut2!! bangga deh gue (hehehe). Plus Rangga juga dapat pengalaman baru yang pasti dia ngga bakal lupain! masuk ke kandang burung puyuh, yang baunya luar biasa :) Tapi dia seneng banget dikasih 5 butir telur puyuh oleh ayahnya Riska... Telurnya disimpan baik2 buat direbus pas udah sampai Jakarta...
Setelah makan siang yang mantaff (makasih banget lo Ris, kita dijamu besar2an!! bayangin ada ikan goreng, ikan bakar, ayam goreng, karedok, aneka sambal, tumisan perut ikan.. wuuuh, penuh deh perutku), kita memutuskan untuk jalan ke Galunggung.
Galunggung

Sebagai turis dadakan, gw tadinya ngga ngerti, di galunggung tu mau liat apaaa? kawah? atau pemandangan? apalagi perjalanannya lumayan jauh, plus saat itu hujan derasss banget. Plus lagi, katanya untuk menuju kawah, kita harus naik 620 anak tangga keatas. Enam ratus dua puluh? waow, jumlah yang banyak bukan buat tangga?
Beruntung pas kita sampai, hujan sudah menipis, tinggal gerimis menerpa. Situasi di tempat parkiran Galunggung terasa seperti situasi di puncak. Banyak tukang jagung bakar dan indomie. Makanan yang lezaaat banget buat dimakan dingin2.

620 anak tangga... wuhuuuu
Setelah negosiasi dengan Rangga (bahwa, kalau dia mau ikut naik tangga, ngga ada yang bakal mau gendong, jadi dia harus kuat naik sendiri-- ya iyalah, mana kuat gw gendong 620 tangga, bisa cepet pendeeek:)), kita akhirnya mulai menaiki 620 tangga yang terasa laamaaa sekali. Hebatnya...Rangga yang kita underestime bisa sampai, justru jadi orang pertama yang sampai diatas :) haha ibu yang bangga deh gue (lebih bangga lagi, karena ternyata dari kita semua, cuma dia yang besoknya ngga pegel2 kakinya...:))


Si Rangga hebat diatas tangga

Pemandangan indah yang menyerbu dari atas galunggung
Setelah menyiksa kaki dengan penuh kejahatan, ternyata pemandangan yang menyerbu diatas kawah, benar2 menggantikan pegel2 yang ada!! Kawah luas, dengan danau berwarna hijau, plus pegunungan yang membentang didepan mata... Belum lagi, situasi sehabis mendung yang membuat pemandangan sedikit berkabut dan terasa seperti mimpi... Karena kita adalah rombongan terakhir yang naik, pas kita sampai, diatas sudah sepi... Justru sempurna untuk meresapi keindahan alam (plus meresapi pegal2 di kaki tentunya:)
Mie Tasik

Mantabnya Mie Tasik
Malam itu, sebelum menuju hotel, kita sempat menikmati kuliner Tasik : Mie Tasik. MEnurut gw, untuk ukuran kota kecil, mie ini lumayan mahal, 22 rb seporsi! Tapi rasanya mantap!! Ini bisa dikategorikan dalam kategori mie serius, yang dibuat dengan penuh cinta, hohohoho. Kuahnya mantap, mienya kenyal, plus potongan babat dan bakso. Yummi lah! sepadan dengan harganya!!!
Green Canyon
Besok paginya, setelah kita sempatkan kembali berwisata kuliner di bubur ayam tasik (Ciri khasnya adalah warna buburnya putih, dan berkuah, mirip seperti soto bening dengan nasi kecil2 didalamnya) dan serabi oncom. Kita melanjutkan perjalanan ke Green Canyon dan Batu Karas. Kembali pengetahuan wisata gue yang minim bikin gue ngga ngerti, ini kita mau kemana sih... juauuuuh banget deh... 4 jam perjalanan!!!

di tukang bubur tasik
Setelah sampai ke gerbang Green Canyon, kita ternyata harus menyewa perahu senilai 75rb untuk berlima. Saat ini gue juga heran, kenapa semua orang ganti baju? Soalnya dibayangan gue, green canyon ya kaya danau berwarna hijau...gitu doang...
Dan ternyata oh tenyata... Green Canyon itu, ternyata adalaaaah : sungai di dalam gua!!... Yang pemandangan dan suasananya kereeeen banget!! Kayanya gue pernah liat di tipiiii, tapi ngga inget namanya apa... (ingatan dodol)
Dan kenapa semua ganti baju? karena satu2nya cara untuk menikmati sepenuhnya suasana disana adalah : Berenang di sungai berarus deras itu!! Body rafting!! wuhuuuu
Sungai di Green Canyon, walaupun berarus deras, tapi cukup aman, tentu saja kalau kita bisa berenang dan juga pakai pelampung. Akang pemilik perahu, ternyata juga merupakan guide untuk body rafting. Setelah negosiasi dilakukan ( sekitar 120 rb per perahu-5 orang), kita pun langsung pakai pelampung dan meluncur kesungai.
Sungainya dingin, dan arus dibawah kaki terasa kuat sekali. Bagusnya, karena bentuknya yang didalam gua, maka arusnya berputar saja disitu, jadi kalaupun kita terhanyut, cuman bakalan muter2 aja disana... Pemandangan yang paling keren adalah, kalau kita berenang telentang, memandang tetesan air dari langit2 gua, plus cahaya matahari yang masuk perlahan lewat sedikit ruang diatas gue. Tetesan air terlihat seperti bergerak slow motion, bagus sekali.. Dunia lain!!
Dibanyak titik yang arusnya sangat kuat, akang guide sudah siap dengan tali untuk pegangan para turis. Mereka juga bersedia (dan bahkan menawarkan diri) untuk membawa kamera dalam kantung plastik, dan juga memotret. Full service lah.
Di beberapa area, ada juga gua2 dan danau kecil yang indah, yang untk naiknya harus memanjat ala monyet gunung. Yang paling seru untuk menguji nyali adalah adanya batu besar setinggi sekita 3 m berbentuk jamud di tengah sungai. Iya, batu itu dijadikan lokasi untuk meloncat. Dan gue mencoba!! hihi... sempet dag digdug pas mau loncat, tapi setelah sempet merem, akhirnya byurrrrr!!! Haha, jadi gini toh rasanya lompat 3 meter!! pantatnya saakiiiit :).
Sayangnya ternyata dokumentasi lompat yang dibuat, ngga ada yang berhasil... Hihi, Riska entah kenapa, gagal mendokumentasikan kehebatanku hehehehe...pasti karena terlalu semangat!!
pemandangan indah di green canyon, plus siap2 menguatkan iman, melompat dari atas batu wuhuhuuu
Batu Karas
Selesai dari Green Canyon, dan berganti baju, kitapun meneruskan perjalanan ke Batu Karas. Sebuat Pantai kecil 5 km setelah green canyon. Pantainya sepi, dan sering dijadikan lokasi surfing. Lokasi yang tepat untuk menikmati "the art of nothingness". Disini, beberapa kali kita bertemu dengan penduduk lokal yang menikah dengan turis asing, sehingga banyak anak kecil bermuka bule tapi berbahasa sunda (besarnya bakalan jadi artis :). Ibu Sumiyati, pemilik Batu Karas Sunrise salah satunya, dia menikah dengan seorang turis Australia yang kemudian menetap di Batu Karas dan memiliki penginapan disana.
Batu Karas Sunrise yang kita jadikan tempat menginap termasuk OK. Dengan biaya menginap 415rb/malam (promo price), Selain kamar yang OK, ada juga kolam renang air hangat disana. Woo Rangga langsung menggila berenang sore dan pagi hari di kolam renang hangat itu... Di lokasi lain juga banyak hotel2 yang bagus, salah satunya Javacove, hotel yang di rekomendasikan oleh Natgeo traveller (ada plang infonya)--sayangnya kemarin sedang penuh.


Malamnya, kita sempatkan makan di resto kecil yang menjual aneka masakan hasil laut. Lagi2 pemilik resto ini adalah seorang wanita turis jerman yang menikah dengan penduduk lokal. Agak risih juga sih, yang beres2 meja orang bule (uh inferior banget ya gue!!), pake mindik2 segala :) Masakannya, diluar dugaan ennag!! dan juga murah banget, ngga sampai 200 rb buat makan ber 7, lengkap dengan cumi, udang, sayur, ikan bakar dan ikan saus padang!!

SeaGlide
Sea Glide dan Pecel Tasik
Besok paginya, setelah puas leyeh2, dan berenang. Kitapun siap2 pulang. Sebelum pulang sempat menengok pantai depan JAvacove, dan tertarik oleh ajakan naik SeaGlide. Seaglide adalah perahu karet berbentuk seperti donat untuk 8 orang, yang bakalan ditarik oleh Boat. Dan karena bentuknya yang seimbang, seekstrim apapun gerakan boat, si SeaGlideini ngga akan terbalik!
Berdelapan kita akhirnya naik. Cukup mahal buat naik ini, 50rb/orang. Dan sayang sekali lagi sayang, Rangga kita ajak ke dalam boat. Alhasil, anak kecil ini mengiringi serunya perjalanan di SeaGlide dengan teriakan histerisnya. Huaaaa, aku takut tenggelaaaaammmm!!!!!!

Pasar Ikan Pangandaran
kenyang dirumah makan ibu maryam

Liburan usai sudah, tapi sebelum kembali ke arah tasik dan jakarta, kita menyempatkan untuk berhenti makan siang di pasar ikan pangandaran. Rumah Makan ibu Maryam jadi tujuan kita. Dan sama seperti makanan lezat di Batu Karas, masalan disini juga pantas diacungi jempol. Plus harganya luarbiasa murah!, Makan bertujuh dengan kepiting, ikan bakar, udang, cumi, dan aneka sayur, hanya sekitar 250rb saja...

Pulang
Setelah kenyang, siaplah kita untuk perjalanan kembali ke Jakarta. Sempat mampir sebentar di tasik untuk belanja batik dan mampir di rumah Riska (Makasih oleh2nya yaaa Riska!!), sekitar jam 12 malam, kita sampai di rumah....dengan senyum lebar dan hati puas.
cup! sun sayang buat Paska!!

Makasih buat jalan2 dan liburannya ya Riska! Akhirnya liburan kita jadi jugaaa :))))