Tuesday, December 03, 2013

Dua Alat tercanggih sepanjang masa : Teleconverter dan Universal Subtitling

Kedua nama di judul tulisan ini adalah nama2 alat yang kalau gue punya ilmunya bakalan gue ciptain, dan gue bakalan jadi kaya raya gegara jadi pencipta terbesar abad ini.  Karena gue ngga punya ilmunya, maka yang akan gue tulis adalah deskripsi alat-alat ini aja. Siapa tahu begitu ada para penemu yang beneran punya ilmunya, gue bisa nebeng tenar kalo gue udah mikirin alat2 ini sejak jaman dahulu :) 
Hehe engga deng, siapa tahu malah, gegara gue nulis disini, ada yang ngelihat, terinspirasi, and terus beneran ngejadiin alat2 keren ini ke dunia nyatah... bakalan happy banget gue.

Ini dia alat2nya:

1. TeleTransporter
di wikipedia, definisi alat ini adalah

Teletransporter or teleporter refers to a fictional machine that allows teleportation. It is widely used in literature science fiction and fantasy, and was popularized in the television series Star Trek.


Teletransporters are now proven to be possible understanding research scientist Isaac Lasley's unified physics. The second type of teletransporter[1] in this article is possible. Most basically teletransportation from unit A to unit B can be acheived by an electromagnetic scan of the object/person to note the electromagnetic particles, waves, fields, and energy flow from which it is composed and then it is a disintegrator on the unit A side and replicator on the unit B, or vice versa. Teletransportation as seen in "Star Trek" will later be possible after the electromagnetic scan of the place to be teletransported to or from, like on a planet, can be done remotely rather from unit A to unit B. Teletransporters will revolutionize medical practices once they are in place as cancer cells and viruses could then be removed directly between point A and B without invasive procedures or chemical medicines.

There are two types of teleporters by function. One generates a wormhole which the object enters and the second transforms the energy in matter.

Agak canggih ya? Tapi Teletransporter yang ada di kepala gue adalah gabungan antara ilmu santet dan alat transportasi.  Kenapa ilmu santet? hehe soalnya sampai sekarang, sepanjang ilmu gue, yang gue tahu bisa mengubah benda padat menjadi gelombang dan kemudian memindahkannya ke tempat lain dan kemudian mengubahnya lagi menjadi benda padat sesampainya, ya ilmu santet :)

Oh ya, ini juga agak mirip sama portkey di Harry Potter, alat untuk jadi pintu ajaib untuk memindahkan satu orang ke tempat lainnya.  Mungkin di film2 science fiction juga ada alat2 sejenis, tapi sayangnya gue ngga inget di filem apa.
Nah jadi tuh ya, teleconverter versi gue adalah suatu system transportasi untuk memindahkan orang dari satu titik ke titik lainnya.  Tapi ini bentuknya adalah transportasi umum. Setiap orang akan punya kartu untuk bayar memindahkan dia dari satu titik ke titik lainnya.  Kemudian ada stasiun central untuk sebagai stasiun pusat untuk orang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.  Alat transportasinya, dalam bayangan gue akan berbentuk seperti ruangan kecil atau kamar ganti. Satu persatu orang akan masuk ke dalamnya untuk dipindahkan ke lokasi keinginan dia.  Di depan ruangan, ada layar yang menunjukkan lokasi2 stasiun yang bisa didatangi plus biaya untuk pergi ke lokasi tersebut.

So, misalnya gw dari stasiun central Blok M mau ke stasiun GKBI Semanggi, gue akan datangi stasiun Blok M, berdiri di depan teleconverter gue, masukin kode GKBI, bayar dengan cara swipe kartu gue, masuk ke ruangan, dan voila! gue udah pindah ke ruangan teleconverter kedatangan di GKBI. Tinggal keluar ruangan, gue udah nyampe dengan cepat tanpa macet.
Bayangan gue stasiun central akan ada ruang2 seperti kamar ganti yang banyaaaaaaak banget, berjejer. Orang uang akan pergi akan berdiri antri di masing2 ruangan seperti antri ATM. Ga ada yang berdesakan, dan semua menunggu lampu hijau tanda proses teleconversi ini kelar.  Soalnya kalau belum kelar udah dibuka, bahaya banget. Bisa2 orang yang sebelumnya kakinya masih ketinggalan di ruangan dan ngga keikut kekirim ke lokasi penerima. Hiii serem banget kan nemu kaki nyangkut...:P

Nah, buat orang2 yang kaya, bisa tuh bikin stasiun kecil di rumah, dengan cara beli ruangan dan set up sistem transportasi dan kode lokasi.  Asik kan tuh, saban hari bisa pulang langsung nyampe ke ruang tamu, ngga usah jalan lagi!
Untuk jaga supaya ngga sembarangan orang dateng ke ruang tamu kita, khusus buat stasiun pribadi, kita bisa ngunci lokasi dengan cara jaga masukin password khusus. So, hanya orang2 yang tahu passwordnya aja yang bisa dateng ke lokasi rumah/ lokasi pribadi lainnya.
Alat ini juga bisa buat jalan2 ke luar negeri, terutama yang udah dilengkapi dengan teleconverter antar negara.  Tentu aja bayarannya mahal lah, bayangin, dalam 1 detik, dari stasiun central Jakarta, lo bisa tahu2 nyampe ke stasiun central Moskow. Keren kan. Hemat waktu!

Nah, dari semua kekerenan teleconverter ini, hanya satu tuh yang kebayang bisa nyeremin dan jadi kelemahan produk ini. Kalo tiba2 mesinnya macet pas kita di udara! ga kebayang itu kita bakal melayang2 tak tentu arah, mungkin mendarat di stasiun yang salah (bayangin kaya orang nelepon salah sambung padahal udah mencet no,er yang bener) atauuu, lebih serem lagi, karena pas lagi di udara sinyalnya macet, tubuh kita kecampur sama tubuh orang lain! so pas nyampe, badan kita tetep badan yang sama, tapi kakinya kaki orang lain. Hiiiiiii :)

2. Universal Subtitling
Ini alat kedua gue, canggih suranggih banget dan bisa mengubah peta kehidupan terutama di perusahaan Multinasional. Haha, gaya ya gue. 
Jadi gini, kita semua tahu dong kalo orang Indonesia itu banyak banget yang ngga pede berbahasa Inggris (haah banyak? lo doang kali Riiiin). Jadi, seringnya, dalam pertemuan, kita tuh banyak yang dieeem aja, dan kelihatan sebagai pihak yang pasif. Padahal sebenarnya ngga setuju, atau malah punya ide yang lebih baik. Tapi males ngomongnya karena takut salah, atau takut macet ditengah2 (haha, itu juga lo kali Riiiin!).
Nah, penemuan gue terbaru ini akan menyelesaikan masalah ini!

Bayangin kalau kita punya alat, yang akan mengeluarkan tulisan di atas kepala kita (seperti hologram kecil berbentuk subtitling) yang akan menerjemahkan ucapan kita dalam bahasa apapun ke bahasa orang yang gue ajak ngomong.
Jadi, misalnya gue ngomong sama John Smith yang orang bule Amrik.  Gue akan ngomong, " halo, nama saya Rina dan saya keren abiss". Diatas kepala gue, akan ada tulisan hologram bertulisakan " Halo, my name Rina and am tottaly Awsome!".  Trus pas dia bilang "Are you sure, you doesn't look cool at all" di atas kepala dia bakal ada tulisan "Serius?, lo ngga keliatan keren sama sekali". Percakapan akan lancar berjalan, tanpa masing2 perlu mengerti bahasa si lawan bicara. Cuman perlu ngelirik sekali2 keatas, persis kaya nonton film dengan subtitle.

Kebayang ngga sih, dengan alat ini, dunia akan berubah sama sekali. Semua kursus bahasa apapun jadi ngga ada, soalnya kita ngga perlu ngerti bahasa lain, cukup dengan bahasa ibu, kita udah bisa ngomong sama siapapun juga (yang punya alat yang sama). Penerjemah jadi ngga dibutuhkan, karena pada dasarnya kita udah punya mesin penerjemah yang dipasang dibadan.  Juga kita jadi ngga khawatir kalmat kita salah, atau diartikan salah,  atau tergagap2 ngomong dalam bahasa asing.
Keren kan?

So, siapa yang berminat bikin alat2 diatas? kabarin gue yaaaaa :)



 

Tuesday, November 26, 2013

Trip ke Cambodia

Minggu lalu, tepatnya 2-6 November 2013 gue berkesempatan buat jalan-jalan ke Cambodia. Yay, salah satu dari list negara ASEAN gue bisa dicoret deh. Yihiiiy...
Dibawah ini beberapa hal2 penting (menurut gue sih, belum tentu penting menurut orang lain :)) tentang jalan2 ke Cambodia :

1. USD dimana-mana
Mata uang di Cambodia adalah Riel, nilainya sekitar 2,6 kali Rupiah. Jadi kalau 100 Riel, nilainya adalah Rp 260. Nah, tapinya, selain Riel, mereka juga sangat welcome sama USD, terutama buat turis.  Disatu sisi itu nyenengin karena jadi gampang, tapi disisi lain, jadi berasa mahaaal, soalnya apa2 minimal 1USD. Naik Tuktuk (semacam bajaj) bayarnya 2-3 dollar untuk jarak dekat kan jadi berasa mahal. Soalnya nawarnya juga ngga bisa 2,5 Dolar, pasti ngepas 2 ke 3 dolar.

2. Wisata Candi
Jalan2 ke Cambodia, ada dua jenis lokasi yang sudah pasti didatangi para turis. Wisata Candi (Angkor Wat  dan saudara2nya) di Siem Reap dan Lokasi Killing field plus Genocide museum alias napak tilas PolPot di Phnom Penh.

Phnom Penh adalah ibu kotanya Cambodia, sementara Siem Reap merupakan kota Wisata yang lokasinya ada sekitar 6 jam perjalanan darat ke arah utara.  Setiap hari ada bis2 yang melayani rute untk kedua kota ini, bahkan ada pula bis malam (sleeping bus)  Perjalanannya lumayan, maksudnya lumayan bikin bokong pegel, karena jalan antar propinsi mereka banyak yang grundel-grundel, jadi berasa kaya dilempar2 diatas kursi.

 Jalanan menuju Siem Riep, ada yang aspalnya sampai terkelupas parah giniiii

Mulai dari Wisata Candi ya :  
Angkor Wat dan teman2nya adalah kompleks situs yang lumayan besar, terawat dan beberapa situsnya keren2.  Buat gue, situs yang 'must see' adalah Angkor Wat (karena paling besar, megah) terutama kalau bisa dapetin sunrise disana.  Kemarin, gw (dan ratusan turis sunrise) yang pagi2 utuk2 datang dengan tuktuk (bagus ya rimanya) ngga beruntung karena sunrisenya tertutup awan. Tapi masih kelihatan keren, so pastinya kalau sunrise sempurna-- jauuuh lebih bagus.

 Angkor wat dipagi hari, sayang sunrisenya ngga jelas, sayang juga kamera gw dodol
banyaaaak banget ya yang mau nonton sunrise di Angkor Wat. Semua subuh2 udah asik nangkring cari posisi strategis


Situs lain yang juga harus dilihat adalah Bayon (itu yang gambarnya ada di atas -- persis gambar sampul Tintin di Cambodia), Ta Phrom (tempat syutingnya tomb raider--menurut supir tuktuk sih :)) yang keren dengan banyaknya pohon gum alba yang "menguasai" candinya, juga Banteay Shrei : Candi asli Cambodia yang warnanya pink dan desainnya berbeda.  Candi terakhir ini lokasinya lumayan jauh dari candi2 lainnya.  Tapi karena cantik, ngga kerasa rugi disempetin kesana.


salah satu candi dengan pohon gum alba yang sudah "menguasai bagian dalam candi"

teras salah satu candi, kalau ngga salah ini terrace of leper king 

banteay shrei, candi woman citadel, batunya warnanya pink, dan ukirannya beda sama candi yang lain

Kalau mau ngerti bangeeet soal Cecandian ini, ada baiknya sebelum jalan ke komplek arkeologis, sisipkan sehari sebelumnya buat ke Angkor Wat National Museum di Siem Riep.  Museum ini keren banget, dan dijamin langsung ngerti sejarah tentang situs2 yang ada, plus nama2 para Raja pendirinya.


3. Killing Field dan Genocide Museum
Tahun 1975 -1979 adalah tahun2 kelam buat rakyat Cambodia.  Saat ini, Khmer Rouge atau Red Khmer menggulingkan kekuasaan dan berkuasa dengan sistem komunis di Cambodia.  Saat mereka berkuasa, ada sekitar 3juta orang yang mereka bunuh.  Sebagian karena orang2 itu dianggap berbeda pandangan politik, atau karena mereka adalah orang yang dianggap berbahaya.  Namun banyak juga yang tidak ada hubungannya dengan politik, namun dipaksa mengaku kesalahan yang mereka ngga pernah lakukan.  Yang mengerikan dari Khmer Rouge ini adalah mereka ngga sekedar bunuh lawannya, mereka menyiksa dengan kekejaman yang bener2 bisa bikin gue ngebayanginnya aja pingin muntah.

Ada banyak killing field di Cambodia, tersebar di beberapa daerah.  Namun yang paling banyak dikunjungi adalah Killing Field yang terletak 12km diluar kota Phnom Penh.  Walaupun secara nyatanya, yang kita datangi adalah hanya lapangan besar plus satu monumen berisi tengkorak para korban, namun, dengan bantuan cerita dari alat bantu pandu berupa headphone, suasana sedih, seram dan penjelasan mengenai kejadian tragis tahun 1975-1979 itu jadi terasa sangat jelas.  Mereka juga memberikan rekaman2 lagu2 sedih berbahasa Khmer, yang bener-bener membuat suasana napak tilas killing field berasa antara haru dan menyeramkan.

Ada 3 kalimat yang gw inget di area ini, dua berasal dari Rezim Khmer Rouge : "Better to kill an innocence man, than to spare an enemy alive", dan "if you want to kill a grass, you have to kill all the root".  Dua kalimat yang rada2 gila dan membenarkan kelakuan mereka membunuh secara massal.  Kalimat kedua lebih menyeramkan, karena membenarkan mereka untuk membunuh anak2 bahkan bayi, dengan alasan : supaya ngga ada yang balas dendam nantinya.  Kalimat ketiga adalah kata penutup di panduan : Alasan mereka untuk menyebarkan kepedihan killing field ini adalah, untuk memastikan tidak akan ada kejadian serupa terjadi lagi, dimanapun kapanpun.  Ini serem banget buat gue, karena kejadian di Cambodia ini kan cuman gara2 1 orang gila yang namanya Polpot yang bisa menyebarkan kegilaannya ke banyak pengikutnya.  Bayangin kalau ada orang gila serupa ini lagi. Serem.

Genocide Museum (Toul Sleng) merupakan ex tempat penyiksaan tahanan, sebelum mereka dibawa ke killing field untuk dibunuh.  Disini dipasang aneka peralatan yang tadinya digunakan untuk menyiksa tahanan. Juga foto2 tahanan yang nelangsa2 sekali.  Disini, entah kenapa gue ngerasa mual, dan nyium bau darah.  Sedih plus serem semua campur aduk.

kumpulan tengkorak di Killing Field, syerem ngga sih....

4. Hotel dan kesiapan departemen Pariwisata Cambodia
Menurut gue, pemerintah Cambodia sangat berniat untuk memajukan kepariwisataan mereka.  Daerah Siem Riep sebagai daerah wisata Situs Arkeologi bener2 dipromosikan dan dirawat rapi.  Daerah Sisowath dengan pinggiran sungai mekong yang ditata rapi juga terlihat menarik buat wisatawan.  Walaupun secara umum dibanding Indonesia, Cambodia masih kelihatan ketinggalan, tapi daerah wisatanya kelihatan sudah lebih ditata rapi.  Salah satu buktinya adalah : WC umum di tempat wisata, semuanya bersih!

Yang gue juga suka adalah daerah promenade sungai di Phnom Penh, Trotoarnya lebaaaar banget, bersih, dan asik buat jalan2 sore.  Sungainya juga bersih dan ngga berbau. 

jalur hijau promenade di sisi sungai mekong, bersih, lebar, nyaman)

Untuk Hotel, ini juga kelebihan Cambodia, terutama Siem Riep. Hotel2nya murah dan bagus! Di Phnompenh hotel bagus dengan kamar yang sangat bersih (gue menginap di 1upbanana dan the terrace on 95) bisa didapatkan dengan 40USD.  Untuk 50USD, gue udah dapetin kamar yang cantik eks rumah Prancis masa lalu. Di Siem Riep, bahkan dengan 17USD (tanpa sarapan-Golden Temple Villa), gue udah dapetin kamar plus layanan free massage, free rental bike.  Plus receptionistnya bener2 sangat ramah, dan 'hobby' ngebantuin kita untk bisa dapetin paket wisata/bis/apapun dengan harga dan nilai terbaik.
salam dari golden temple villa - siem reap.  Murah tapi keren banget ini hotel, pelayanannya tob markotob..

5. Or kurn, Luk Lok, Amok, Warung Bali
Or Kurn artinya terimakasih. Satu2nya kata Khmer yang gue bisa ucapin.  Tapi berguna banget buat disenyumin, plus diajakin ngobrol sama orang2 sana.

Luk Lok dan Amok adalah makanan khas Khmer yang bolak balik gue makan.  Luk Lok serupa tumis daging dengan paprika, sementara Amok serupa opor, namun berasa kuat dengan rempah2 seperti sereh, daun jeruk dan jahe.  Bukannya menggunakan santan, mereka menggunakan telur untuk kuah Amok.

nasi dan amok. mirip opor kan?

Sebagai orang yang ngga bisa makan bebabian, hidup gw agak susah juga, soalnya kan gue juga ngga terlalu suka makan makanan arab, dan kayaknya ngga pas gituloh, makan makanan arabic di Cambodia.  Ngga Cucok.  Ya, mesennya ayam atau daging aja (walopun ada pilihan pork juga sih--- tapi merem ajalah :)) 

Nah, pas jalan2 di Phnom Penh tepatnya di 178 street deketnya National Museum,  seneng banget nemu restoran Indonesia, namanya WARUNG BALI.  Yang menyenangkannya, rasa makanannya enaaak. Indonesia banget! Pemiliknya, 2 orang Indonesia (kalau ngga salah namanya Pak Laksmi dan Pak Yudi) yang sudah tinggal 15 tahun di Cambodia. Masakannya juga termasuk murah dibanding resto2 lain di area sekitar National Museum ini. Kalau di tempat lain sekitar 12-14 USD buat berdua, disini buat makan pake 2 lauk dan satu sayur (terung balado, ayam goreng kremes, ayam balado) cukup 8 USD aja.
Pak pemilik restonya juga ramah dan asyik buat diajak cerita.  Mau niat makan 15 menit doang, akhirnya kita betah sejam di resto ini karena ngobrol ngalor ngidul.  Ngga disangka juga ternyata daerah rumah Pak Laksmi di Jakarta juga di deket2nya Cileduk Raya... hehe jauh2 ketemunya tetangga jugaaa...

6. Shopping
Shopping di Cambodia lumayan menyenangkan, karena barangnya banyak yang lucu2.  Harganya tergantung kekuatan nawar, terutama kalau dipasar.  Di Cambodia, ada dua jenis suvenir.  Yang satu suvenir standar yang bisa didapatkan di pasar2, lainnya adalah barang2 yang dibuat oleh NGO atau LSM.  Lumayan banyak LSM yang bekerja membantu rakyat Cambodia, ada uang membantu korban trafficking (Daughter of Cambodia), ada yang korban landmine (Ta Phrom), ada yang anak jalanan (Friends), juga ada yang mengurangi sampah plastik (Smateria).  Semua hasil karyanya bagus2, bikin bingung milihnya. Street 178 adalah satu jalan yang bisa ditelusuri buat nemuin toko2 kecil berisi barang2 lucu mereka.

Untuk Pasar, di Phnom Pehn ada Central Market dan Russian Market yang sering didatengin para turis. Karena masalah waktu, gue cuman bisa ke Russian Market, pasar suvenir murah meriah buat oleh2.
Di Siem Riep, adal lebih banyak pasar yang banyak suvenir. ada Old Market (Psar chai), dan banyak Night Market (Art Night Market, Night Noon Market, Angkor Night Market), tapi yang paling gue sukai adalah Angkor Night Market karena pasarnya punya karakter. Lokasinya ada di belakang golden temple villa.  Bagian dalamnya lantainya dari baru2 kerikil kecil, beda deh sama pasar malam lainnya.  Barang yang dijual bukan produksi massal, tapi banyak yang hasil karya seniman2 Cambodia. Oya, semua penjual di Pasar2 ini sering berwajah jutek kalau lagi ngatur2 barang.  Tapi begitu diajak ngomong, baru deh cerah ceria... Suka colek2 demi bikin kita nambah belanja juga..

7. Politik dan Supir Tuk Tuk
Di Cambodia, kalau ngga salah baru aja ada Pemilu, dan kelihatanya partai incumbent menang lagi.  Nah, secarra umum kelihatannya golongan rakyak kebanyakan mencurigai bahwa ada permainan di hasil pemilu ini. Ngga tahu deh bener apa engga. Yang jelas, saban naik tuktuk atau taksi, passsti deh diajakin ngobrol soal politik, korupsi dll dsb.  Agak berasa seperti di Indonesia jaman sebelum reformasi (pengen deh gw bilangin ke mereka, udah pak, nanti kalau partai yang lo ngga suka diganti sama partai lain, sama aja kok korupsinya... ngga usah berharap terlalu banyak, nanti kecewa :)).  Yang bikin gw kaget adalah mereka bener2 SUKA ngajakin ngobrol politik.  Mungkin level kecewanya sudah tinggi banget atau kenapa ya? soalnya kita kan orang asing yang pasti cengar cengir ga karuan doang kalo diajakin ngobrol gitu.

Oya, secara umum naik tuktuk aman di Cambodia, supirnya juga sopan dan ramah. Yang penting kita harus berani nawar. Jarak deket 1-2 USD, jarak jauh 3-4 USD.  Kalo kita nawarnya kerendahan mereka suka bilang : I have to give food to my family, madam. Hehe, jadi ngga enak deh nawarnya.  Terus, kalau naik tuktuk, pastiin tas ditaruh di tengah kursi.  Menurut para supir tuktuk, pernah ada masanya banyak penjambret yang nyolong tas dari dalam tuktuk sementara mereka naik sepeda motor, ngga bisa kekejar, soalnya tuktuk jalannya alon2 asal kelakon...

8. Debu n Masker
Kalau ke Cambodia, jangan lupa bawa Masker (atau beli juga banyak sih, 500 riel aja), soalnya debunya paraaaah, terutama di jalanan luar kota (menuju killing field).  Pak Tuktuk yang kami sewa, ampe beliin masker pas lihat kita batuk2 sama debunya.  Kalau Jakarta dibilang polusinya parah, kota ini bahkan susah napas karena debu-an banget.

sedia masker sebelum batuk2 kena polusi debu

Itu dia 8 point yang gue paling inget tentang Cambodia.  Ada sih beberapa hal lain, seperti banyaknya monk aliyas biksu, juga pertunjukan tarian rakyat di Museum National yang asik buat ditonton malem2... Tapi itu nanti ya... udah kepanjangan iniiii :)

Friday, August 16, 2013

Hutan Bakau PIK

Liburan lebaran kemarin, bosen juga jalan ke Mall melulu....
*Haha, iya sebagai orang Jakarta, mau kemana lagi selain ke Mall?

Tiba2 teringat saran Titi, teman di kantor tentang tempat wisata hutan bakau di PIK.

Dan akhirnya disuatu  hari Selasa, hari terakhir libur lebaran, kita akhirnya memutuskan "jalan-jalan santai" ke sana.  Jalan2 santai disini, artinya berangkatnya siang2 (jadi ngga buru2, dan sempet leyeh2 dulu dirumah dan nonton tipi bareng2) da ngga punya banyak ambisi selain pengen kesana dan liat tempatnya.  Kalau ngga nemu, ya balik lagi aja... ngga ambisius gitu deh.

Lokasi Hutan Bakau ini ternyata dekat banget sama waterbom PIK.  Tepat dibelakangnya Yayasan Tsu Chi, dan dekat juga sama ruko2 makanan bergaya alfresco.  Biaya masuknya cuman 10 ribu buat orang dewasa, 5 ribu buat anak2 dan  5 ribu lagi buat mobil.  Nah cumannya, untuk kamera, ada biaya 1juta untuk 7 orang (pergrup).  Harusnya ini cuma buat kamera profesional dan untuk kepentingan komersil aja kali ya? tapi ternyata engga tuh, semua kamera, kecuali HP, harus bayar.  Agak aneh, menurut gue...

Lokasinya bakal menarik buat yang suka sama kegiatan alam.  Ada tempat untuk berkemah (baik tenda maupun lokasi permanen), Ada wisata air (alias naik perahu menyusuri hutan bakau) dan ada juga area outbond.

Lokasi berkemahnya lumayan lucu.  Ada kamar2 kecil berbentuk segitiga ala kemah berjejer rapi di pinggir hutan bakau.  Kelihatannya disiapkan untuk rombongan. ---Karena tempatnya lumayan sepi, ngga kebayang sih kalo mau nginep sendirian, malam2 gue bakalan super ketakutan :)---
Lokasi berkemah di pinggir hutan bakau.... tenaaang, sepiiii.... tapi ngga tahu, panas apa engga ya?

Buat Rangga, yang paling menyenangkan tentu lokasi Outbond. Dia sibuk bermain di jembatan jala2 sambil sibuk mengajak adikknya

Rangga dan keasyikannya main jala-jalan dan dan menelusuri jalan menuju pantai

Wisata air alias naik perahu keliling hutan bakau, menurut gue jadi bagian yang harus disempetin kalau berkunjung ke sini.  Untuk naik perahu bermesin 8 orang, biayanya Rp300ribu, sementara 6 orang Rp200ribu.  Kalau perahu kayu bermesin, Rp 150ribu, sementara perahu dayung/Kano Rp 50ribu. Semua untuk waktu sekitar 45 menit. 
Rangga, memilih perahu bermesin yang dikemudikan oleh pak penjaga hutan.  Perjalanannya menyenangkan, terutama karena kita disetirin, dan si pak penjaga hutan ini hapal sekali lekak lekuk hutan bakau, jadi rasanya kaya menyelusup kebawah pepohonan.  Si bapak juga memberhentikan perahu beberapa kali untuk memberi kita kesempatan mengagumi satwa liar yang ada disana seperti biawak, dan aneka burung.  Yang hebat juga disini adalah : ngga ada bau amis/bau ngga enak di area hutan bakau ini.  Udaranya segaaar, plus semilir angin semripit, bikin asik buat berperahu disana.

Pemandangan sepanjang perjalanan wisata air, Yayasan Tzu Chi di kejauhan bikin kelihatan jadi ngga kaya di Indonesia.  Dibanding wisata susur sungai di Vietnam, gue milih wisata air ini banget.... jauh lebih bagus pemandangannya....



Setelah dari wisata sungai, kita bisa berjalan2 terus menuju pantai.  Pantai disini memang bukan pantai berpasir sih, hanya tempat duduk2 ditepian laut.  Tapi perjalanan kesananya asyik.  Kita berjalan diatas jembatan panjang dari kayu, ditengah2 hutan bakau. Disana-sini ada beberapa tempat duduk dan beristirahat.  Adventorous, yet kerasa romantis. 
Sayangnya, ya, apalagi kalau bukan sampah.  Walaupun banyak tempat sampah tupperware (ini sponsor hutan bakau ya?) dimana-mana, sayangnya di pinggiran hutan bakau, banyak sampah plastik seperti botol  minuman, sendal, kantong plastik---dan bahkan tas wanita, nyangkut di sana.  Mungkin itu sampah yang terbawa oleh aliran air ya? bukan oleh para wisatawan.

Las but not least, ketika jalan kembali ke depan, ada taman kecil bernama taman kelinci.  Didalamnya ada 2 tempat tidur ayun, plus sekitar 10 kelinci yang gemuk dan lucu.  Masuk kedalamnya Rp2000, dan didalamnya bebas bisa mainan sama kelinci, or tidur2an dibawah pohon.  Rio, super asyik ngejar2 dan ngelus2 kelinci disini.  Gw yakin, ini bagian paling menyenangkan buat dia dari perjalanan wisata hari ini.

Oh ya, menurut Indra, mesjidnya juga bagus, dibuat dari kayu2 dengan tiang tengah yang besar dan megah.  Sayangnya, karena gw ngga lagi sholat, gw ngga ngeliat sendiri gimana bagusnya mesjidnya itu.

Jadi, point gue buat tempat ini di angka 8 lah.  Suka sama konsep tempatnya, terutama karena tempat ini membuktikan bahwa hutan bakau yang dirawat ngga cuma sekedar jadi tempat yang berguna untuk ekosistem dan alam, tapi juga bisa jadi tempat wisata kita.  Suka sama situasinya yang cukup bersih (tapi akan lebih baik kalau mereka juga bersihkan sampah2 yang kebawa masuk). Suka Sama ke-belum ramaiannya (compare sama ragunan dihari minggu, ini sepiiiii banget).

Yang gw ngga suka adalah peraturan bahwa SEMUA kamera harus bayar kecuali HP.  Sebagai pemegang kamera murahan, gw ngga terima banget.  Lha HP banyak yang lebih bagus kualitas gambarnya aja ngga bayar, masa iya kamera harus bayar ngga pandang bulu. Kayaknya peraturannya harus lebih dibenerin atau distandarkan dengan lebih jelas deh.  Kamera dengan skala berapa, yang bayar.  Atau bagaimana deh mereka mengecek bahwa pemotretannya buat komersial atau sekedar gambar personal, kan keliatan bedanya...

Tapi... overall, tempat ini recomended buat jalan2 sekeluarga terutama kalau lagi bosen atau alergi sama mall :)

Salam dari PIK!

Sunday, July 14, 2013

Ditengah Keriaan Ulang Tahun Jakarta


Beberapa tahun yang lalu, tepatnya 2009 akhir-saat gw berlibur ke Vietnam, gue pernah terjebak di keriaan massa Vietnam yang sedang merayakan kemenangan mereka masuk semi final sepakbola SEA GAMES.

Gw terjebaknya tepat di tengah kota di depan pasar Ben thanh. (Boleh cek tulisannya beberapa post dibawah kalau iseng)

Saat itu gue bertanya2... kapan ya gue bisa rame2 ada di keramaian kaya gini juga... tapi di Jakarta. Entah kenapa saat itu rasanya ngga mungkin banget deh gue bisa nyangkut di Bunderan HI, kayaknya itu daerah yang ngga bersahabat buat manusia jalan kaki dan ketawa2, lebur sama keramaian, tapi situasinya asyik, aman dan nyaman. Ngga Jakarta banget di kepala gw saat itu. Ngga mungkin lah....

Bulan lalu, tepatnya 22 Juni kemarin... gue berhasil menjalankan cita2 kecil itu. Ulang tahun Jakarta, dan Jokowi bikin pesta rakyat di Sudirman Thamrin.

Entah kenapa, gw yang biasanya males banget ikutan acara2 gini (Tahun baru dll-- biasanya ada kan keramaian di HI? gue memilih buat tiduur, atau paling nonton TV dirumah), bener2 pingin join. Mungkin sugesti nama Jokowi, mungkin kata pesta rakyat, atau malah judul acaranya : Malam Muda Mudi (hehehe--gue bangeeet niih)

Gue memilih untuk parkir mobil di GKBI dan jalan kaki ke arah Monas. Tidak akan ke panggung Monas, karena pilihan artisnya terlalu mainstream (hahaha--bukan deng, ngga mau sumpek2an aja). Gw juga ngga bawa anak gw dengan alasan takut ternyata chaotik, rame dan ngga family friendly. So berdua aja, sekalian pacaran huhuyy....

Yang asik adalah, gue suka banget sama suasana malam itu. Panggung berdiri berjarak 1km an, dengan pengisi acara yang beda2, jadi asik strolling jalan Sudirman-Thamrin melihat satu demi satu panggung. Yang paling asik juga adalah : Suasananya ramah. Gw banyaaak banget ketemu keluarga dengan bayi berstroller, dan orang tua berkursi roda yang menikmati malam itu. Orang tersenyum, dan ibu polisi wanita tertawa bersama. Berasa banget sebagai sama2 manusia Jakarta yang sedang bersuka ria bersama-sama. Agak nyesel ngga bawa Rangga (walaupun tahu juga sih, kalau bawa, gw bakalan berkutat sama keluh kesahnya dia kecapean dan minta gendong -_-*). Perasaan nyaman ditengah keramaian massa ini, yang ngingetin gue sama perasaan yang gue dapetin di tengah keriaan massa bola Vietnam itu. Rame! tapi semua orang happy!

Beda kota, beda tahun. Sama feelingnya, dan sedikit lebih kurus :)

Yang gue juga suka adalah : Pengisi acaranya selalu berulang2 mengingatkan orang2 untuk menonton tidak di area taman : 'Baaaang, Neeng, nontonnya disini, dijalan, jangan di taman! itu taman dari pajak kita lho! bikinnya mahal, sayang uang kita! ayooo kesini, jangan sampai rusak, kasian lho Pak Jokowi udah rapiin kita berantakin'. Dan orang2 pun menurut... maju dan ngga menginjak rumput taman. Lagi, menurut gue, nama Jokowi berperan besar buat bikin orang2 bergerak.


Oh ya, gw juga suka banget sama bangku2 yang diletakkan di pedestrian. Bukan cuma bikin gw yang kecapean jalan kaki jadi punya tempat untuk beristirahat, tapi juga bangku2 itu bener2 berguna untuk buat Jakarta jadi tempat yang jauuuuh kelihatan lebih ramah dan bersahabat.


di Saigon nongkrongnya di pinggir jalan, di Jakarta, di bangku pinggir jalan doong

Selain musik dan kegiatan hura2, panggung juga dipakai buat sosialisasi monorail. Gara2 nongkrong di acara ini, gw jadi tahu panjangnya monorail, ada berapa line, ada berapa stasiun, dan kapan Jokowi ke Singapura buat uji banding (Maret 2013! dan sekarang proyek udah jalan---10 tahun yang lalu pada ngapain aja ya?)


So far, gw suka deh sama Gubernur yang satu ini... Kelihatannya semua yang dia lakukan arahnya beneran buat kesejahtraan rakyat :). Jangan pengen jadi Presiden dulu ya Pak... rapiin Jakarta duluuu :).

Malam itu gue pulang dengan hati senang, membayangkan Jakarta yang akan punya harapan, jadi lebih baik. Jadi lebih modern, rapi dan ngga malu2in. Hmm, semua beneran kejadian ya

Next wish : Kapan yaa di Jakarta gue naik MRT pulang kantor?

Thursday, July 04, 2013

Rina di Sosialita

Di suatu pagi indah di Semarang pada bulan Desember, gw dan seorang teman kerja (sebut saja namanya Titi :)) berjalan2 di Lawang Sewu.  Gedungnya cantuik banget... plus sedikit serem, secara sempat dijadikan sebagai area penyiksaan di jaman Jepang.

Eh, tapi... tulisan gw ini bukan bakal membahas si Lawang sewu atau cerita horror didalamnya ya. Bukan... secara gw bukan ahli sejarah yang suka dan bisa bercerita panjang lebar tentang suatu gedung.

Jadi, si Titi suriti ini, adalah penggemar fotografi, dan seperti biasanya penggemar fotografi, dia pasti menjinjing kamera SLR dong kemana2. Nah, juga pasti dia butuh model dong buat motret memotret. Hehe, disitulah fungsi gw..sebagai model di Lawang sewu.

Dan, ternyata foto2nya lumayan lutuuu.. Dengan gaya yang sok2 manis imut gitu. Entah mengapa kita berdua tiba2 kepikiran tentang Sosialita-nya koran Kompas.  Tahu kan apa itu Sosialita? Rubrik di Kompas Minggu yang membahas sosialite Indonesia yang biasanya mbakyu2 ayu, kaya tajir, dan biasanya punya bisnis besar.

Nah, dengan foto2 ini, kita terpikir untuk buat Sosialito Rina, versi parodinya sosialita. Apa yang di parodiin? ya semuanya lah... Jelas2 gw ngga kaya2 amat, walaupun emang punya bisnis (kecil) dan ayu dong :).
Cara gw ngomong atau mikir juga jelas ngga mirip sama mbak2 sosialita ini... so, ngga nyambung semua deh..

ini dia hasilnya (tulisan karya Titi, so yaaa, emang gitu deh cara dia nulis :p)


Alien bernama keloid - 2

Duluuuu, beberapa tahun yang lalu (hehee tepatnya 3 tahun yang lalu), gw pernah menulis tentang keloid indah yang mengganggu gw, dan juga upaya2 apa yang gw lakukan untuk menghilangkan si keloid sialan ini dari dada indah gw (huhahaha)

Mulai dari di bekui-in, suntik, cica care (kalau mau baca lengkapnya, lihat di post tertanggal 25 Juli 2010 yah!). dan semua saudara2... tidak berhasil! Hehe, post tadi dapat beberapa tanggapan dari teman2 yang kebetulan nyasar ke blog gw ini, dan mostly nanya apakah berhasil--- dan minta diupdate tentang bagaimana akhirnya. Apakah dia berhasil dibunuh, atauuuu, kami malah justru menemukan kedamaian dan hidup berbahagia selamanya (heeh?)

Nah, posting ini menjawab semua rasa penasaran anda! Mau tahu? ayo terus baca (ok, mulai berlebihan, this is kaffein talking, not me :))

Jadi, setelah terus menerus diganggu rasa nyeri didada yang bukan disebabkan oleh patah hati maupun putus cinta, gw memutuskan untuk menemui dokter bedah untuk mengenyahkan si keloid ini.  Gimana engga, sering banget gw lagi asik2 kerja... atau bahkan lagi tidur, eh tiba2 ada nyeri didada seperti ditusuk2. Dan sebelnya, ngga ada yang bisa gue lakukan untuk menghilangkannya. Paling banter cuma menekan dada kencang2, berharap pelan2 sakitnya hilang.

6 bulanan yang lalu, gw ke dokter bedah pertama.  Konsul punya konsul, dia bilang bahwa bisa saja dihilangkan, tapi ngga janji kalau dia ngga balik lagi.  karena letaknya ada di area gerakan.  Selain gerakan tangan yang akan terus menerus menarik kulit bagian dada, juga gerakan napas, juga menggerak2kan area yang sama.

OK, ngga menarik. Plus pas buat janji bedah, ternyata di RS besar di daerah puri indah ini, operasi imut begini, harus dihitung sebagai rawat inap--so harus sewa kamar inap.  Dan harga sewa kamarnya saja sekitar 2 jutaan. Tindakan dll sebelum obat 6 jutaan.
Okesip, mahal ya?
Coba pakai asuransi?

Ternyata tindakan terhadap keloid dianggap sebagai tindakan estetika yang ngga dicover asuransi. Terus terang gw tergoda untuk menyumpahi si pengatur kebijakan asuransi untuk kena keloid. Lha, nyeri begini mana ada hubungannya sama estetik?, gw pengeeen banget dia ngerasain nyerinya... biar tahu, bahwa ini bukan masalah estetik. (Hmm, atau gw bikin class action aja ya! menggungat tidak di masukkannya keloid kedalam tanggungan asuransi! huh!). 

Pas gw minta tolong dokternya untuk kirimkan surat info mengenai nyeri --- so buat data asuransi diskusi-- wheladalah, surat si dokter ini kurang meyakinkan karena hanya 1 kalimat : Ibu rina mengalami rasa nyeri akibat keloid di dada. Duh, please deh dok, gw aja ngga akan yakin sama surat ini, apalagi asuransiii.

So, gagalah gw operasi.

Beberapa minggu lalu, entah ada wangsit dari mana, gw tiba2 berfikir. Hmm, kalau gw harus bayar sendiri, gw mau ke dokter bedah plastik aja ah. Pasti jahitannya lebih rapi, so sekalian bagus.  Cari2 info, denger2 justru di RSCM lah dokter2 paling bagus berkumpul.  Berangkatlah gw kesana.

Konsul dengan dokter Iman Susanto, komentarnya mirip2 : Keloid itu susah buat dihilangkan permanen.  Bedah sih gampang. Tapi bikin dia ngga balik itu yang susah.  Semua metoda yang ada-- suntik, salep, plester, ngga serta merta meniadakan kemungkinan keloid hilang setelah di bedah.  Radiasi, mungkin punya efektivitas lebih tinggi. Sayangnya juga efek sampingnya bisa lebih tinggi, bahkan bisa bikin kanker (Oh nooo!).

So, kalau mau ya ayo, tapi gambling ya...

Gw, karena lagi desperate langsung mau aja diajak judi keloid... yang penting sementara waktu gw bisa putus hubungan sama si keloid ini.  Bahkan ngga pake appointment, gw minta langsung dikerjain hari itu juga.

Sebelum operasi, gw dikasih salep kebal, supaya nanti pas disuntik bius lokal, ngga kerasa sakit (keloid jauuuh lebih sensitif dibanding kulit biasa, so tusukan jarum akan kerasa jauh lebih sakit).

Operasinya ternyata memang ngga lama, tapi jahit bekas lukanya yang luamaaaaaa. Menurut hotel harus hati hatiiii banget ngejahitnya karena kulit gw ngga boleh shock, and ngerasa bahwa dia luka, karena bakalan memicu keloid lagi nantinya.  Dokter juga bilang bahwa dia harus ambil sedikit jaringan lemak, untuk mempermudah menjahit luka (Gw sempet berfikir... lemak perut boleh juga dong sekalian :))
   
ini adalah si keloid yang sudah tergeletak pasrah dilarutan alkohol.  Kuning2 itu lemak gue looooh :) iyuuu banget yah

3 Hari setelah operasi, gw kembali ke dokter untuk buka plester. Ternyata punya ternyata, orang berbakat keloid seperti gw, itu agak semi2 mutan lho.  Kalau orang biasa butuh waktu seminggu untuk merapatkan luka dan cabut benang, gw cuma butuh 3 hari untuk membuat lukanya merapat.  Jadi, rencana buka plester langsung berubah jadi cabut jahitan.

Dibawah tuh gambar perubahan hari kehari setelah operasi. Sampai saat ini, setiap hari gw masih pake obat anti keloid untuk ngejaga agar si keloid ngga tumbuh lagi.  Bekas lukanya sih lumayan agak panjang kaya habis operasi jantung... Tapi, paling ngga sekarang rata dan ngga berdenyut2 lagi :)

Doain semoga si keloid ini ngga balik lagi yaaaa :)
Oh ya, btw di RSCM agak murah biayanya : bedah total : 3,09 juta, dan cabut benang + salep keloid : 650 ribu. Lumayan lah dibanding yang awal sekitar 8 jutaan diluar kontrol...