Friday, August 16, 2013

Hutan Bakau PIK

Liburan lebaran kemarin, bosen juga jalan ke Mall melulu....
*Haha, iya sebagai orang Jakarta, mau kemana lagi selain ke Mall?

Tiba2 teringat saran Titi, teman di kantor tentang tempat wisata hutan bakau di PIK.

Dan akhirnya disuatu  hari Selasa, hari terakhir libur lebaran, kita akhirnya memutuskan "jalan-jalan santai" ke sana.  Jalan2 santai disini, artinya berangkatnya siang2 (jadi ngga buru2, dan sempet leyeh2 dulu dirumah dan nonton tipi bareng2) da ngga punya banyak ambisi selain pengen kesana dan liat tempatnya.  Kalau ngga nemu, ya balik lagi aja... ngga ambisius gitu deh.

Lokasi Hutan Bakau ini ternyata dekat banget sama waterbom PIK.  Tepat dibelakangnya Yayasan Tsu Chi, dan dekat juga sama ruko2 makanan bergaya alfresco.  Biaya masuknya cuman 10 ribu buat orang dewasa, 5 ribu buat anak2 dan  5 ribu lagi buat mobil.  Nah cumannya, untuk kamera, ada biaya 1juta untuk 7 orang (pergrup).  Harusnya ini cuma buat kamera profesional dan untuk kepentingan komersil aja kali ya? tapi ternyata engga tuh, semua kamera, kecuali HP, harus bayar.  Agak aneh, menurut gue...

Lokasinya bakal menarik buat yang suka sama kegiatan alam.  Ada tempat untuk berkemah (baik tenda maupun lokasi permanen), Ada wisata air (alias naik perahu menyusuri hutan bakau) dan ada juga area outbond.

Lokasi berkemahnya lumayan lucu.  Ada kamar2 kecil berbentuk segitiga ala kemah berjejer rapi di pinggir hutan bakau.  Kelihatannya disiapkan untuk rombongan. ---Karena tempatnya lumayan sepi, ngga kebayang sih kalo mau nginep sendirian, malam2 gue bakalan super ketakutan :)---
Lokasi berkemah di pinggir hutan bakau.... tenaaang, sepiiii.... tapi ngga tahu, panas apa engga ya?

Buat Rangga, yang paling menyenangkan tentu lokasi Outbond. Dia sibuk bermain di jembatan jala2 sambil sibuk mengajak adikknya

Rangga dan keasyikannya main jala-jalan dan dan menelusuri jalan menuju pantai

Wisata air alias naik perahu keliling hutan bakau, menurut gue jadi bagian yang harus disempetin kalau berkunjung ke sini.  Untuk naik perahu bermesin 8 orang, biayanya Rp300ribu, sementara 6 orang Rp200ribu.  Kalau perahu kayu bermesin, Rp 150ribu, sementara perahu dayung/Kano Rp 50ribu. Semua untuk waktu sekitar 45 menit. 
Rangga, memilih perahu bermesin yang dikemudikan oleh pak penjaga hutan.  Perjalanannya menyenangkan, terutama karena kita disetirin, dan si pak penjaga hutan ini hapal sekali lekak lekuk hutan bakau, jadi rasanya kaya menyelusup kebawah pepohonan.  Si bapak juga memberhentikan perahu beberapa kali untuk memberi kita kesempatan mengagumi satwa liar yang ada disana seperti biawak, dan aneka burung.  Yang hebat juga disini adalah : ngga ada bau amis/bau ngga enak di area hutan bakau ini.  Udaranya segaaar, plus semilir angin semripit, bikin asik buat berperahu disana.

Pemandangan sepanjang perjalanan wisata air, Yayasan Tzu Chi di kejauhan bikin kelihatan jadi ngga kaya di Indonesia.  Dibanding wisata susur sungai di Vietnam, gue milih wisata air ini banget.... jauh lebih bagus pemandangannya....



Setelah dari wisata sungai, kita bisa berjalan2 terus menuju pantai.  Pantai disini memang bukan pantai berpasir sih, hanya tempat duduk2 ditepian laut.  Tapi perjalanan kesananya asyik.  Kita berjalan diatas jembatan panjang dari kayu, ditengah2 hutan bakau. Disana-sini ada beberapa tempat duduk dan beristirahat.  Adventorous, yet kerasa romantis. 
Sayangnya, ya, apalagi kalau bukan sampah.  Walaupun banyak tempat sampah tupperware (ini sponsor hutan bakau ya?) dimana-mana, sayangnya di pinggiran hutan bakau, banyak sampah plastik seperti botol  minuman, sendal, kantong plastik---dan bahkan tas wanita, nyangkut di sana.  Mungkin itu sampah yang terbawa oleh aliran air ya? bukan oleh para wisatawan.

Las but not least, ketika jalan kembali ke depan, ada taman kecil bernama taman kelinci.  Didalamnya ada 2 tempat tidur ayun, plus sekitar 10 kelinci yang gemuk dan lucu.  Masuk kedalamnya Rp2000, dan didalamnya bebas bisa mainan sama kelinci, or tidur2an dibawah pohon.  Rio, super asyik ngejar2 dan ngelus2 kelinci disini.  Gw yakin, ini bagian paling menyenangkan buat dia dari perjalanan wisata hari ini.

Oh ya, menurut Indra, mesjidnya juga bagus, dibuat dari kayu2 dengan tiang tengah yang besar dan megah.  Sayangnya, karena gw ngga lagi sholat, gw ngga ngeliat sendiri gimana bagusnya mesjidnya itu.

Jadi, point gue buat tempat ini di angka 8 lah.  Suka sama konsep tempatnya, terutama karena tempat ini membuktikan bahwa hutan bakau yang dirawat ngga cuma sekedar jadi tempat yang berguna untuk ekosistem dan alam, tapi juga bisa jadi tempat wisata kita.  Suka sama situasinya yang cukup bersih (tapi akan lebih baik kalau mereka juga bersihkan sampah2 yang kebawa masuk). Suka Sama ke-belum ramaiannya (compare sama ragunan dihari minggu, ini sepiiiii banget).

Yang gw ngga suka adalah peraturan bahwa SEMUA kamera harus bayar kecuali HP.  Sebagai pemegang kamera murahan, gw ngga terima banget.  Lha HP banyak yang lebih bagus kualitas gambarnya aja ngga bayar, masa iya kamera harus bayar ngga pandang bulu. Kayaknya peraturannya harus lebih dibenerin atau distandarkan dengan lebih jelas deh.  Kamera dengan skala berapa, yang bayar.  Atau bagaimana deh mereka mengecek bahwa pemotretannya buat komersial atau sekedar gambar personal, kan keliatan bedanya...

Tapi... overall, tempat ini recomended buat jalan2 sekeluarga terutama kalau lagi bosen atau alergi sama mall :)

Salam dari PIK!