Friday, January 13, 2023

Pindahan

 


Halo semua! Apakabar!!!

Diem2, sudah 5 tahun berlalu dari terakhir kali posting di blog ini. Iya, media sosial berhasil memindahkan semua keisengan menulis, dari blog ke konten2 pendek baik di IG (rinati09, pekarangan.rinati), FB (rina tiarawaty), dan juga twitter (inasinam). Apakah kalian masih mengikuti aku? haha berasa selebriti banget... Ah atau, malah, masih inget engga sama aku?

Tahun ini, aku mulai menulis lagi, tapi kita pindah rumah, sebab aku dibikinin website oleh anakku. Ihihi, seneng ngga tuh, punya website ngga perlu mikir bikinnya gimana karena udah dibikinin, yay!

Kita lanjut ke www.rinatiarawaty.com ya, disana (rencananya) akan ada postingan konten setiap hari, membahas banyak hal! Boleh juga komen untuk kasih masukan, baiknya tulisan apa yang bakal dipasang disana....

Ditunggu kedatangannya yaaaa



Friday, August 04, 2017

The day you start a garden






Ada pepatah cina yang menyatakan bahwa hidup itu bermula ketika seseorang membuat taman.  Kalau mengikuti pepatah tersebut, maka hidup gw baru aja bermula.
Iya, setelah bertahun tahun menjadi pegawai perusahaan, dan mengaitkan nama gw dengan perusahaan tempat gw bernaung saat itu, kali ini, gw memberanikan diri untuk berhenti bekerja kantoran, dan memulai sebuah taman.
Taman, iya taman beneran, juga taman yang artinya campuran aneka kegiatan yang akan gw lakukan untuk menjalani hari demi hari dengan harapan bakal lebih bermakna...

Taman ini baru aja dijalanin sekitar sebulan. Tanamannya masih kecil2 dan masih berusaha untuk hidup.  Lets see, beberapa bulan kedepan, semoga gw bias posting gambar2 tanaman yang lebih cihuy :)

-4 Agustus 2017-

Tuesday, March 22, 2016

Breast Cancer : Cerita 3 : Operasi

Operasi direncanakan akan dilakukan pada 1 Desember 2015, jam 9 malam.  Tapi gw sudah diminta datang jam 12 siang untuk persiapan operasi.  Selain periksa darah, juga periksa EKG jantung, periksa alergi, untuk memastikan operasi berjalan lancar.  Bukan apa2, biusnya bius total dan akan agak lama, so kalau ternyata jantung gw kenapa2 ya bakal serem juga sih... Dokter anestesi yang akan melakukan pembiusan juga sempat berkunjung untuk membicarakan proses anestesi dan apa yang akan mereka lakukan saat operasi.  Pointnya tetap : operasi buat buka jaringan, ambil jaringan tumor, cek VC, bila jinak, tutup luka, semua selesai.  Bila ganas, angkat payudara, dan ambil limfenode di ketiak untuk cek patologi lanjutan.  Jelas sih, jelas juga bahwa satu2nya yang bisa gw lakukan adalah berdoa, siapa tahu ternyata si tumor ini adalah tumor jinak....
Jam 8 gw mulai bersiap-siap untuk masuk ke ruang operasi... Udah cakep pake baju operasi, pake tutup kepala dan lepas semua aksesoris (yang karena gue jarang pake aksesoris, artinya adalah lepas kacamata). Saat didorong ke ruang operasi, mulai terasa degdegannya, karena rasanya seperti masuk ke gerbang penentuan... Sekarang semua masih fifty-fifty, apakah benign (jinak) atau malignant, tapi didorong keluar nanti, bisa jadi gw sudah breast less... hufft...
Setengah perjalanan menuju ruang operasi, tetiba dokter Cahyo mendatangi gw, sambil berkata "Nanti, kalau ternyata ganas, saya angkat ya mbak, seperti yang dibahas kemarin". Entah kenapa, saat itu gw iseng menjawab "Ngga bisa disisain dok? Jangan diangkat semua". Dokter mengerenyitkan dahi sambil berkata "Kalau dekat puting, susah kalau disisakan, saya lihat dulu ya mbak, tapi kalau lumpectomy, berarti harus radiasi ya". Jawab gw "Iya ngga papa dok"
Melihat muka gw yang mungkin terlihat ngga mau kehilangan sebelah payudara, dokter akhirnya mengiyakan, dan mengambil spidol untuk menandai daerah yang akan diambil, kalau saja tumornya ganas.  Ya sekitar diameter 7 cm di sisi kanan atas payudara. "Ini yang saya akan ambil kalau ganas ya mbak...", "Okey dok"
Setelah itu, suster meneruskan mendorong gw masuk ke ruang operasi, dan kemudian mempersiapkan anestesi via suntikan.  Awalnya gw masih sempet bilang ke dokter "Ini bius mulai masuk ya dok, kok rasanya berat kepala saya"...tapi setelah itu semua gelap...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiga jam kemudian, gw terbangun di ruang pemulihan yang dingin luar biasa.  Gw ngelirik ke payudara gw, hmm, kayaknya mah masih ada... Apakah benign? Tapi kok kayaknya sudah lama banget gw disini.. melirik ke jam, sudah jam 12 malam, berarti operasinya lama hampir 2 jam...hmm jadi, jadi?
Melihat gw terbangun, suster mendatangi dan mulai mengajak cerita macam2... sekarang gw lupa apa yang diceritakan dan ditanyakan, tapi kalau ngga salah hal2 yang butuh gw tetap sadar untuk menjawab, seperti siapa nama gw, anak gw berapa, pertanyaan aneh2 lah...mungkin itu protokol untuk mengecek kesadaran gw...

Begitu ketemu sama Indra, baru dia cerita bahwa ternyata tumornya ganas... sehingga payudara harus diambil sebagian, plus 4 kelenjar getah bening di ketiak, yang kemudian juga dikirimkan ke patologi untuk dicek jenis tumornya. Rasanya lemes dengernya, tapi ya sudahlah, mau dikata apa....


Ini hasil operasinya, yang berbentuk oval adalah kulit payudara yang diambil, sementara yang berwarna merah adalah daging dan kelenjar susu. Tumornya sendiri terletak dibalik daging merah itu.

kalau ini namanya Barovac, fungsinya untuk memvakum daerah luka operasi.  Biasanya kan luka itu berair, nah si Barovac ini akan menarik air yang keluar dari luka, sehingga luka lebih mudah kering dan sembuh.

kalau ini, tampilan ubet2an kemben, karena foto ini diambil setelah 3 hari di rumahsakit, ya mohon maaf kalau ubetannya sudah rada awut2an :)

Barovac diatas, setiap hari (pagi) harus dikeluarkan air didalamnya, dan ditekan supaya vakum kembali, jadi bisa menarik cairan keluar lagi. Selang seminggu baru barovac ini dilepas dari luka. Sementara, kemben baru dilepas setelah 2 minggu, dan juga baru boleh mandi akhirnya....

Jadi pelajaran terbesar gw setelah operasi ini adalah : ternyata gw bisa bertahan tetap cakep, tanpa mandi selama 14 hari!

Monday, January 25, 2016

Breast Cancer : Cerita 2 : Diagnosa

Salah satu hasil mammografi yang digunakan dokter Onkologi untuk membuat diagnosa

--Baca cerita sebelumnya di cerita 1--

Malam itu, di malam Jumat, 27 November 2015, langsung sesuai saran dokter radiologi, gw konsul ke Dr Cahyo, dokter spesialis bedah Onkologi yang berpraktek di RSPI Puri Indah setiap hari Senin dan Kamis. Pada saat masuk ruangan, dokter Cahyo senyum2 sambil bilang " apa kabar mbak, sehat gini kok konsul ke saya".  Hmm, iya sih, gw juga berasanya sehat dok, apalah daya ternyata ada sesuatu di badan gw dok, huhuhu...
Setelah melihat hasil USG, mammografi dan juga perabaan (dokter ke 3 yang meraba gw, ihiy), saran dokter adalah dioperasi, dan bila tumornya ganas diangkat. Heh, diangkat? biar kecil imut gini, ya tetep aja gw kaget kalau payudara gw disuruh diangkat :(
Dokter bilang, operasi yang akan dilakukan adalah pembukaan jaringan, diambil jaringan tumor dan sekitarnya, dicek dengan VC, kemudian 30 menit kemudian, hasil patologi VC itu akan menentukan nasib payudara gw.  Bila tumornya ganas, langsung diangkat semuanya, plus limfenode (jaringan getah bening disekitarnya).  Bila jinak, hanya jaringan tumor diambil.  Gw rada keliyengan sih dengerin penjelasannya dia, tapi langsung bilang "Operasinya kapan dok sebaiknya?"
Dokter bilang Senin minggu depan (4 hari setelahnya) juga bisa, lebih cepat lebih baik. Namun demikian, dokter juga minta gw ngobrol dengan suami dan keluarga terdekat dulu.  Pada saat itu, gw yakin kalau Indra bakalan setuju sama apapun keputusan gw, apalagi kalau dasarnya adalah diagnosa dokter, juga data2 solid gini, so, langsung bilang ke dokter "suami saya mah kalau sudah jelas seperti ini, dan ada datanya, pasti setuju dok", tapi kemudian, gw juga minta undur sehari, ke hari Selasa minggu depannya. Entah kenapa, rasanya ngga asyik kalau di awal minggu harus operasi...
So, kemudian, sibuklah gw dengan atur booking kamar operasi dll dsb ke bagian administrasi sampai beres, bisa datang langsung Selasa jam 12 siang, untuk operasi malamnya jam 9 malam.
Begitu sampai rumah, bahkan ketika di menyetir di perjalanan pulang baru deh terasa semua informasi itu bikin penuh kepala. Pagi gw berangkat dengan tanpa ada firasat apapun, tapi malam ini gw pulang dengan hasil2 radiologi yang menunjukkan badan gw ada tumor yang entah ganas entah jinak, plus punya jadwal operasi besar dalam 5 hari kedapan. Too much information, too much sampai rasanya keliyengan.
Sampai di rumah dan cerita lengkap ke Indra, dia setuju untuk jalankan sesuai dengan dokter, namun dia juga berfikir untuk cari second opinion, buat cek-cek, siapa tahu ada diagnosa berbeda dari dokter lain.  Kita setuju buat pergi ke Siloam Kebun Jeruk di hari Sabtu.
Besoknya, gw juga info2 ke beberapa orang penting di kantor, teman yang mau gw titipin kerjaan, juga tentu saja atasan gw.  Karena semua orang di kantor gw itu baik2, bener2 gw dapet dukungan penuh dari semua orang, tapi mereka tetep juga menyarankan untuk cari second opinion.  Kalimat boss gw yang paling gw inget adalah : are you sure that the hospital is a good one? the doctor is good? you will still want to find second opinion, rite? Haha, mungkin sebagai pak bule, dia rada khawatir kalo di Indonesia rumah sakitnya kaya di film2 tahun 70an kali...
Sabtu, berdua sama Indra, gw konsul ulang ke Dr Agus Sutarman, spesialis bedah onkologi yang berpraktek di Siloam Kebun Jeruk. Karena gw biasa ke RSPI Puri yang lumayan sepi, agak kaget2 pas ke Siloam yang lumayan rame.  Antri dokternya juga cukup panjang sebelum dipanggil.
Diagnosa dan penjelasan Dr Agus bener2 pleketiplek sama dengan Dr Cahyo.  Hanya saja Dr Agus menjelaskan lebih panjang lebar tentang apa itu VC (yang ternyata kepanjangan dari Vriescoupe) atau teknik potong beku untuk mengetahui apakah jaringan tersebut tumor jinak atau ganas dengan waktu cepat.  Dokter juga menjelaskan bahwa hasil Birads 4 menunjukkan kecenderungan ke keganasan, karena sebenarnya Birads tersebut ada 6 level, makin keatas makin menunjukkan kemungkinan keganasan.
Penjelasan Dr Agus membuat gw lega, maksudnya lega disini adalah, lega bahwa diagnosanya sama, dan merujuk pada hal yang sama, operasi.  Gw bisa nantinya menjalankan operasi, tanpa perlu takut nantinya ada yang bilang : lho kenapa dioperasi langsung, harusnya kan abc dulu...
Soal operasinya sendiri sih, ya, sudahlah dijalanin aja, ngga usah susah hati, mau di tunda2 juga akhirnya harus dioperasi, ya mendingan mah cepet aja...

---lanjut ke "operasi breast cancer---





Sunday, January 10, 2016

Alien yang lain - Breast Cancer 2B. Cerita 1 : Bagaimana bisa tahu?




Ini adalah terusan tulisan : be careful of what you wish for.
Jadi, ternyata oh ternyata, didalam tubuh gw, selain ada Keloidnya (boleh baca : alien bernama keloid), ternyata ada pula alien lain yang baru saja menggeliat bangun di toket gw.  Iya, toke gw yang kecil imut2 itu berani2nya dijajah sama cancer... bener2 tega deh ini yang namanya sel cancer....


Oke, ceritanya bermula dari...
---------------------------------------------------------------




Medical Check-up 9 November 2015, hari bersejarah banget buat gw.  Dokter cewe saat itu bilang : mau periksa payudara? Gw bilang : boleh (ya boleh lah, dipegang2 toketnya, hahaha).  Saat itu gw yakin 100persen kalau hasil pemeriksaan bakalan baik2 aja.  Lha February 2014 aja gw baru jalanin USG mammografi dengan hasil normal, nah, padahal saat itu gw datang ke unit radiasi dengan keluhan nyeri dan benjolan di payudara kanan. ternyata bukan apa2 tuh... apalagi sekarang, ngga ada keluhan apa2, ya pasti bakalan aman2 aja kok...


Wheladalah, tenyata ngga begitu hasilnya.  Dokter cewek yang lumayan berumur (halah paling seumuran gw) dan cekatan ini, setelah nguwek2 toket gw, kemudian bilang : hmm kok ada benjolan ya di payudara kanan, coba deh mbak dirasakan -- sambil menunjukkan area payudara kanan.  Ih, masa gw pegang2 toket sendiri, begitu pikiran gw... tapi eh bener, kok ada benjolan ya... haduh apa iniiiih
Dokter sempat bilang : mungkin ini hanya benjolan hormonan karena saat itu gw sedang menstruasi.  Yang paling bener adalah, mengecek kembali ke dokter, atau USG/mammografi setelah menstruasi kelar.


Gw pulang dengan perasaan mengharu biru, eh engga deng... dengan perasaan rada limbo (limbo tuh apa ya... kayaknya rada bengong gitu deh). Dan karena masa menstruasi gw saat itu baru mulai dan juga karena banyaknya kerjaan yang bikin jadwal ke doker jadi rada ribet, plus tambah ada unsur malas/serem kalau ternyata hasilnya menyeramkan, gw baru ke dokter tanggal 27 Nov, itupun setelah Indra udah nyuruh2 saban hari buat ke dokter...


-----


27 November
Nah ini juga hari bersejarah ni... Hari ini tuh Kamis, jadwal gw work from home, so cita2nya adalah USG pagi2, dapet hasil okeh, lalu kerja di kafe kecil di sekitar daerah puri.  Perfect plan for Thursday lah... Pertama gw ke Dokter umum dulu untuk dapetin rujukan USG mammogram.  Kenapa harus ke dr umum dulu? Karena kalau langsung ke USG, ngga akan bisa dibayarin oleh Asuransi ;)
Dr Umum yang gw datangin, Dr Jayari, sebelum bikinin rujukan, juga periksa fisik dulu, mungkin supaya jelas bener ada benjolan ya...(soalnya dulu dr umum yang gw minta rujukan langsung bikin surat aja, ngga pake pegang2 dulu... lumayan lah, jadi ini dokter ke 2 yang pegang toket gw)


Ada unsur lucunya disini, si dokter ini, sebagai dokter umum yang berkelamin cowok, dia pastinya lebih sering berhadapan dengan kasus mencret pilek cacar demam dong, tinimbang ada yang datang mengeluh benjolan di payudara.  Keliatan banget canggungnya, plus kita justru lama nunggu suster datang, karena dia ngga berani periksa tanpa ada saksi, takut gw merasa diapa2in kali yaaa (sementara gw sih nyantai2 aja...haha)




Pengamatan fisik sih sama hasilnya, ada benjolan, langsung gw capcus menuju bagian radiologi - USG Mammografi. Nah, dr Radiologi yang memeriksa gw, ternyata masih sama dengan yag dulu memeriksa gw setahunan yang lalu.  Begitu melihat gambar benjolan di payudara kiri, dia langsung jenggirat (aduh, apa ya jenggirat itu, kaget lah).  "Lho kok ini ada tumor sih? kamu dulu kan bersih ya? emang ngga kerasa? kok bisa sih ngga kerasa? Hayo ke dr umum tadi minta rujukan mammografi, trus nanti malam langsung ke dr bedah onkologi ya, buruan!"
Rasanya kayak mitraliur deh, dor dor dor, harus ini itu... dikepala gw cuman, haduuuh, gagal deh ngopi2 sambil kerja nih... Saat itu belum kepikir panjang bahwa kejadian ini bakal ngubah hidup gw berbulan2 kedepan...


Setelah dapet rujukan ulang (iya bolak balik kesana kemari demi rujukan ini lumayan bikin capek), gw balik ke bagian radiologi, kali ini untuk Mammografi.  Awalnya gw bingung, emang beda ya USG mammogram ama mammografi? ternyata iya beda banget
USG mammogram itu persis kaya USG, pake gel2 gitu yang dioles ke payudara, dan selain ngga sakit, dia berguna untuk deteksi dini.  Kenapa deteksi dini? karena dia ngga bisa ngasih tahu apa jenis tumornya, hanya untuk melihat apakah ada benjolan, dan apakah benjolan itu tumor atau hanya kista saja.
Nah, Mammografi itu, modelnya kaya foto rontgen, payudara difoto dengan sinar X-ray.  Katanya sakit? ya lumayan sih, soalnya payudara digenceeet sampai (agak) rata demi dapat gambar yang bagus,  Buat gw yang toketnya imut gini, agak susah juga sih mammografi, lha bagian yang mau difoto, nempeeeel banget sama dada gw. Gw sampai ketawa2 pas diterangin sama susternya gimana pakainya...


Hasil mammografi menunjukkan ada tumor dengan BIRADS 4.  Birads itu adalah ukuran (skala) tumor ganas atau jinak.  Birads 1 itu cenderung ke jinak (benign) sementara birads 6 itu cenderung (hampir pasti) ganas. Nah kalo birads 4? hmmm ya gitu deh, menceng2 ke arah ganas..... huhuhu...


Malam itu juga, gw langsung ke dokter bedah Onkologi, Dr Cahyo di RSPI. Untung banget si dokter yang satu ini prkakteknya di hari Kamis, jadi gw ngga perlu bolak balik untuk bisa ketemu dia.....




---lanjut ke Diagnosa Onkologi ----

Be careful of what you wish for

Jumlah pekerjaan di kantor, sedang mencapai tingkat tertingginya minggu itu. Eh bukan, bukan seperti itu formulasinya... Selama berbulan-bulan, kerjaan dikantor terus menerus dalam situasi hectic. Rasanya seperti sprint dalam jarak marathon, sayangnya tanpa ada harapan untuk jadi pemenang. 
Tapi jangan salah sangka bahwa semua itu dijalani dalam situasi gloomy nan mencekam. Engga juga sih, kita semua ketawa2, merasa jadi satu team yang solid, namun memang banyaknya kerjaan bikin semua anggota team merasa lelah (eh mungkin ngga semua, gw aja, maklum menua). Namun terasa setiap hari bagaikan kejar kejaran dari satu meeting ke meeting lain, perdebatan satu ke perdebatan lain, dan kemudian menatap layar laptop mengerjakan semua perhitungan, laporan atau rencana sebelum matahari tenggelam di sisi barat, dan harus kembali bertempur dengan kemacetan Jakarta yang juga butuh energy tingkat tinggi untuk bisa melewatinya.




Perasaan gw sih, sebenarnya dibandingkan dengan teman2 yang lain apalagi orang2 yang posisinya diatas gw, kerjaan gw sih ngga ada hectic2nya.  Belum lagi gw punya waktu work from home satu hari setiap minggu, pulang kerumah pun selalu sebelum azan Isya berkumandang. Tapi, ya kenapa ya? kayaknya kepala gw penuuuh banget.  Iya sih gw punya bisnis sampingan jualan Cookies, tapi diitung2, setiap minggu, sebenarnya sedikit banget waktu yang digunakan untuk mengurusi bisnis ini, tapi memang bikin kepala juga penuh sih.


Entahlah, emang gw benernya terlahir jadi orang yang leyeh2an kali ya, jadi begitu kerja intense, rasanya cuapek banget.

Berbulan-bulan kerja on speed seperti itu membuat terakhir kali gw pergi liburan yang benar2 terhitung sebagai liburan yang terencana dengan baik adalah January. Iya, 11 bulan yang lalu saat bersama teman2 pergi ke Sikkim India. Setelah itu semua libutan yang gw lakukan adalah liburan yang sifatnya mendadak dan bahkan terhitung bukan liburan, karena bareng krucil.


Iya, buat gw, pergi bareng krucil memang bukan liburan. Itu jalan2, bukan liburan.  Karena, tahu sendiri lah, dengan 2 ekor krucil yang menempel bagaikan lem perangko, otak dan badan gw ngga pernah menemukan saat untuk berlibur. On terus, walaupun kali ini bukan memikirkan kerjaan, namun makanan, lokasi jalan2 dan itinerary jalan2.


Dan bahkan di akhir tahun ini, alih2 pergi jalan berdua atau sendirian, rencananya adalah pergi ke rumah adik gw di singapura, dan jalan2 kesana.  Lebih karena itu rencana yang paling mudah dibikin, dan bakal mudah dijalankan tanpa friksi apapun.



Jadi ditengah minggu itu, ketika sedang rehat sebentar diantara tumpukan email, gw sempat ngelangut.. hmm, walaupun akhir tahun ke Singapura sebenarnya biasa aja dan mungkin gw ngga akan liburan2 amat, gw benar2 menantikan hari2 itu.. Bayangan gw, hari2 itu bakalan jadi hari2 yang menyenangkan tanpa email, concal ataupun ngecek budget tersisa.  Walaupun, pastinya, ngga ada itu ngelencer lihat2 pasar sendirian atau kelilingan tanpa rencana seperti yang biasa  gw lakukan kalau liburan sendirian. Tapi, paling ngga... punya harapan diakhir tahun ada jalan2 saja, rasanya sudah menyenangkan.... sampai akhirnya


hmmm.... kayaknya enak kalau sebelum akhir tahun gw bisa berhenti kerja bentar, istirahat bentaaaar aja. Ngga kerja, ngga ngapa2in... ditempat tidur aja...


Dan mulailah semua cerita baru ini....cerita yang bikin ada hari2 dimana gw beneran di tempat tidur, ngga bisa ngapa2in, tidur lemes, mual dan keringetan.


Dan sambil lemes gitu, kepala gw mikir.... iya siiih, pengennya tiduran ajaa, tapi ngga gini juga kaliiii hohohoho....
Jadi, moral of the story : kalau mau punya harapan, kudu jelaaas, jangan sampai salah arti :/




---bersambung ke my journey---









Thursday, September 03, 2015

Derita Sakit Leher Salah Bantal

Jadi, pagi ini, sekali dalam bertahun2 gw membuka lagi blog ini
Ish banyak banget debunya... kelamaan ngga didatengin siiih....
Lalu kemudian, gw buka2 bagian statistik datanya? wah masih banyak orang yang mengunjungi blog manis kece ini loh... terharu gw...
Dan ternyata, yang banyak dilihat dan dikomentari ternyata tak jauh dan tak bukan dari... Keloid. Penyakit jahat bagaikan monster yang sampai sekarang masih bercokol dengan (tak) indahnya di badan gw.
Ternyata banyak orang dengan keluhan serupa ya?, nah ini bikin gw sadar.
Hey hey hey, ternyata berbagi hal2 susah gw, bisa bantu orang lain...
Nah nah, akhirnya gw pun mencoba untuk berbagi keluhan lain yang baru saja menghinggapi gw, tapi kalau yang ini kayaknya bisa diselesaikan dengan (lebih) mudah.

------------------------

Sakit Leher
Alias pegel, aliyas salah bantal. Aliyas ga bisa nengok.  Nah nah, itu gw banget tuuu.  Salah posisi tidur bange, alhasil pasti besokannya, bisa 2-3 hari gw ngga bisa nengok karena leher sakiiit banget.  Saking seringnya dapat serangan gitu, gw sampai punya bantal khusus yang gak boleh dipakai orang lain. Alasannya karena (menurut gw) hanya bantal itu yang bisa bikin gw ngga sakit leher besok harinya. Nah, paling sebel adalah ketika udah pake bantal itu, pagi2 tetep kebangun dengan sakit leher. Ih, kayaknya udah mau putus asa... terus, aku harus ngapain lagi coba?

Di pertengahan bulan Agustus kemarin, gw mengalami sakit leher yang ngga ilang2... lebih dari 2 minggu terasa pegel ngga karuan, dan seminggu kemudian, makin menjadi sampai tersiksa ngga bisa mikir (walaupun sudah makan).  Sempet takut kolesterol tinggi, tapi ah engga, terakhir cek masih angka dibawah standar...

Akhirnya setelah beberapa malam ngga bisa tidur karena selalu terbangun saban menggerakkan badan (karena sakitnya ampun deh, lagi mimpi asyik2 aja bisa kebangun saking nyerinya), gw memutuskan untuk pergi ke klinik Physioterapy.  Klinik yang gw datengin adalah East West di Citywalk.  Awalnya sih menyasar yang di Dharmawangsa karena Indra pernah kesana dan berhasil menyembuhkan sakit pinggang yang bikin dia jalan kaya mbah2 dengan satu kali datang, sayangnya udah full book. Tapi toh sama companynya-- paling ya sama aja sih ya...

Si klinik ini berada di lantai 2 Citywalk, berwarna biru dengan logo yang lumayan gede, keliatan dari lantai 1.  Ketika tiba dan memberitahu jadwal ke penerima tamunya gw langsung diminta untuk isi formulir karena ini kedatangan pertama.  Formulirnya diisi data standar dan satu formulir lagi -- seperti consent letter bahwa akan ada penjamahan, pemijatan, yang akan dilakukan.
Di kepala berpikir, hmm pasti ini tempat banyak didatangin bule yang mungkin ngga nyangka bakal dipijet2 dipegang2... makanya perlu ada consent letter segala, biar gada yang protes pas dipijet. Ga lucu kan kalo pas mau dimassage ada yang teriak... jangan pegang akuuuuuu, aku tuntut kamuuuuh, ini pelecehaaan punggungku dipegang2,,, tidaaaak..

Mbak therapistku namanya mbak Kadek, mbak manis imut2 dari Bali (nebak aja sih :P).  Mbak ini kemudian mengajak gw ke taman ria, eh ya engga lah ya ke ruang perawatan dan kemudian mulai nanya2 keadaan leher tersayang gw.

Setelah tanya jawab seperti klompencapir, mbak ini minta gw gerakin leher kekanan kekiri untuk tahu kadar kekakuan dileher.  Karena gw gerakannya terbatas banget, dia langsung minta gw  untuk tidur telungkup di meja pijat untuk dia periksa.

Leher gw yang kanan --- aliyas yang baik2 saja kemudian dipijet2 buat tahu situasi normal, nah pas ke leher kiri, si mbak ini girang banget. "OOO, iya mbak ini kaku sekali, pantes sampai nyeri begitu" ..."Waaah ini jointnya kaku, ototnya juga" --- gw mbatin... mbaknya kok happy banget ya, lha aku piyeee.

Kaya mbaknya kemudian, dia akan bantu kurangi nyerinya dengan cara membebaskan joint yang kaku dan melemaskan ototnya.  Tapi bakalan sakit pas dipijet dan 1-3 hari kulitnya juga akan sakit nyeri karena pijatan yang dilakukan akan cukup keras.
Hmmm gw pun rada ciut... tapi si mbak kelihatan tahu banget akan apa yang akan dilakukan dan tinimbang sakit terus, udahlah dicoba sajah...

Sebelum dipijet, punggung gw dipanasin dulu pake bantal panas.  Pemijatan kemudian dimulai dengan diawali menekan2 leher. Wuduuuh sakitnya sampai pengen nangis rasanya. Si mbaknya ampe bilang, 'kalau mau teriak juga ngga papa mbak". Gw jawab " saya bukan mau teriak mbak, saya maunya udahan aja ngga jadi hahaha" (sambil tersenyum kecut).
Sehabis jointnya, mbak Kadek kemudian massage otot yang juga suakitnya luarbiasa...
Setelahnya baru rada enakan, ditekan2 kaya pijet biasa yang bisa bikin ketiduran.  Setelah dipijat dikasih alat seperti setruman2 kecil di punggung.  Baru deh kelar. Sekitar 40an menit deh pemijatan dll dkk...

So mbak juga minta gw untuk lakukan stretching setiap hari minimal 2 kali 10 hitungan. Kaya pemanasan leher olahraga gitu, tengok kanan kiri samping bawah.. Plus sekali lagi datang untuk lebih lemesin ototnya.
trus mbaknya bilang untuk menjaga postur duduk atau saat bekerja, soalnya penyakit kaya gini, menurutnya adalah penyakit standar orang marketing sama IT.  Pencinta laptop lah... haha

Yang ajaib, itu efeknya physioterapi langsung kerasa lho. Nyerinya menghilang dari 100% ke 20%. Jauh banget bedanya.. Menurut gw, ini kaya ke tukang pijet yang tahu posisi otot dan tahu mana yang harus dilurusin.  Soalnya kalau ke tukang pijet biasa, kan seringnya dilurus2in aja ototnya, jadi ngga tepat sasaran mana yang harus dibenerin...
Nah yang bikin nyerinya dateng lagi 10%nya adalah........ pas lihat billnya haha...
475rb buat kunjungan pertama
*langsung ngga berani duduk bungkuk lagiiiii



 

Monday, October 20, 2014

20 October 2014, Kita punya Presiden baru!






Ah, akhirnya hari ini datang juga... Presiden baru bakalan dilantik!!
Nanti sore kabarnya juga bakalan ada kirab + pesta rakyat di Sudirman-Thamrin-Monas, sayang gegara rumah kosong gw terpaksa wfh dan ngga bisa ikutan parteh rame2 disana... hehe..

Sebagai salah satu pemilih Jokowi yang (agak) militan, harapan gw cuman satu : Jangan kecewain kita2 yang udah milih ya pak... Eh, ngga cuman sekadar milih deng, bahkan sampai berantem di sosial media sama teman yang beda jurusan, saking ngga tahannya baca posting2 provokasi atau tuduhan fitnah jahat yang disebarin oleh orang2 yang kurang baca (baca : cerdas).

Ayo pak, bikin Indonesia jadi keren ya! :) saya bantuin sebisa saya deh... :)




Tuesday, October 14, 2014

Makanan Indonesia


Kalau kita ke restoran Italia, apa yang kita harapkan bakalan ada di daftar menunya? Pasta, Pizza, rissoto, bruschetta kan? Kalo restoran Jepang? Sushi, sashimi, ramen, udon, tempura.  Restoran Korea? Bulgogi, Bimbimbap, Soup ayam ginseng. Restoran China? Dimsum, bebek peking, nasi hainam, pu yung hai, ayam kuluyuk, dll.

Nah kalau restoran Indonesia? Jangan bilang beda2 sesuai daerah ya.. Soalnya emang tahu sih Indonesia itu banyaaak banget makanan enaknya, dan masing2 punya set menu yang lebar banget. Tapi misalkan nih, kita bikin restoran Indonesia di luar negeri, dan udah ada standarnya, masakannya itu apa aja, kan asik.  Bosen banget yang dikenal dari Makanan Indonesia cuman nasi goreng aja... kurang seru ah...

Dibawah ini, adalah versi gw untuk makanan Indonesia kalau pura2nya gw bikin restoran di seluruh penjuru dunia.  Pernah dengar sih ada departemen apa gitu yang bikin 100 makanan pilihan Indonesia pake rapat2 beneran gitu. Nah, tapi yang ini tuh bener2  pilihan gw sendiri, secara gw merasa diri gw cukup mainstream untuk mewakili pendapat umum.  Yang gw pilih adalah makanan yang Indonesia banget atau bisa mewakili Indonesia, dan ngga ada padanannya di masakan negara lain (contohnya : misalnya gw ngga masukin kroket ayam, karena itu serupa atau bahkan saudara dari croquette-nya Belanda). Tapi, kalau ada yang punya tambahan, atau ngga setuju dengan pilihan gw, monggo dikomen...

Oh ya, foto2 dibawah sama sekali bukan foto gue, diambil secara acak di google image dengan kata kunci makanan2 dibawah.  Mudah2an ngga ada yang protes ya, mengingat tulisan ini bukan tulisan komersial atau untuk jualan, dan peletakan disini hanya untuk mencari foto yang paling mudah menggambarkan makanan yang disebut.

Menu ini akan dibagi menjadi 4 bagian : Appetizer aliyas makanan pembuka, Makanan Utama, Snack dan Dessert atau makanan penutup.  Snack disini lebih dikategorikan pada makanan ringan dan kue, sementara dessert lebih sebagai hidangan penutup manis.

Appetizer




- Somay ala Bandung 
- Gado-Gado 
- Karedok
- Bakso
- Bubur Menado
- Mie Aceh
- Otak-Otak
- Bubur Menado
- Aneka Gorengan : bakwan, tempe, singkong, tahu isi

Makanan Utama
- Soto Ayam (versi Surabaya/Lamongan)
- Sop Buntut
- Nasi gudeg lengkap (nasi+gudeg+ ayam+telor+krecek)
- Nasi Rawon
- Nasi Rendang (Nasi+Rendang+ sambel ijo+ sayur gulai + timun+daun singkong)
- Ikan bakar Rica ala Sulawesi
- Nasi Goreng
- Nasi ayam kremes
- Nasi Bali ( Nasi + ayam betutu + sate lilit+ urap + sayur)
- Nasi Timbel (Nasi+sayur asem+ ayam goreng, tempe, ikan asin+Lalap)
- Sop Konro
- Sate Ayam

Snack

- Pastel
- lumpia goreng ala semarang
- klepon
- kue lapis beras
- kue lapis legit
- Arem - arem
- Wajik ketan
- Bika Ambon
- Lemper Ayam

Makanan Penutup



- Serabi Kinca ala Padang
- Es Pisang Ijo
- Es Teler
- Es Kacang Merah
- Es Cendol/dawet
- Es Podeng
- Jus Alpokat
- Wedang Ronde

nah ini dia list gw... lumayan banyak, tapi juga lumayan mewakili makanan2 yang menurut gw pantas dikenal sebagai makanan Indonesia dan mencapai popularitas setara pizza, sushi, ataupun ketan-mangganya restauran Thailand.

Thursday, October 09, 2014

Mingalabar! Jalan-jalan ke Myanmar part 2


Bagian kedua tulisan ke Myanmar ini, merupakan catatan perjalanan ke Inle Lake, dan juga keliling Yangon, kota terbesar di Myanmar (dulunya ibukota, sekarang pindah ke NayPyiTaw). Hari ke 4- hari 7  dari jalan2 gw di Myanmar. Buat yang udah menunggu2 bagian dua ini ditulis, selamat menikmati yaa :)

Day 4-5 Inle Lake

Pagi2 utuk2 kita udah siap check out dari hotel keren di Bagan, buat naik bis menuju ke Inle Lake. Naik bisnya agak seru nih...beda sama bis di Yangon yang kita tinggal datang aja ke stasiun bis, yang menuju Inle lake ini, menurut travel agent tempat kita memesan via online, tiketnya akan dikirimkan oleh agen bis ke hotel, sebelum kita nyampe di hotel.  Eh, ternyata, mereka agak miskom gitu deh, so sampai keesokan pagi setelah menginap semalam di Bagan, itu tiket belum kelihatan batang hidungnya.  Agak2 panik juga, karena kan semua komunikasi dengan travel agent - Intrepid travel ini via email, so gw sama sekali ngga tahu no telp yang bisa gw hubungi untuk minta dianter tiketnya, mana hari Sabtu pula... gimana kalau dia libur, gimana kalau dia baru lihat email  gue hari Seninnya, gimana kalau brad pitt naksir gue. Eh, kok?

Eh ngga tahunya, mas-mas travel yang namanya bagus ini (Ni Ni Win, bagus kan) masih kerja di hari Sabtu, dan dia langsung deh sibuk menghubungi sub agen mereka di Bagan, dan selang beberapa saat kemudian, sampailah si tiket di tangan gw dengan keadaan sehat wal afiat :) diantarkan oleh dua orang mas2 Myanmar bersarung yang datang ke gw dengan muka khawatir.  Abis dimarahin mungkin sama si Mas Ni Ni itu, dan takut dimarahin sama gw juga..  Tapi begitu masnya ngelihat gw, yang menghampiri dengan muka senyum2 manis, langsung mereka kelihatan bahagia ngga dimarahin, malah langsung minta tanda tangan dan foto bareng (hahaha, yang dua belakang ini, boong banget :p)

Menurut bis berangkat jam 8, jadi kita diharapkan sudah ada di terminal jam 7.30.  Sementara perjalanan ke terminal memakan waktu 20 menit dan 10,000 Kyat naik taksi.  Jadi jam 7 kita sudah siap di Taksi, artinya jam 6 sudah mandi, dan jam 5 sudah bangun (ngga penting ini lama2).
Taunyaaa, bus baru bakal berangkat jam 8.30! sebel deh ah malah jadi tercenung2 tak jelas di terminal, memandangi para supir berpakaian khas myanmar (Kemeja putih + Sarung atau biasa disebut Longyi) lagi nyuci bis2 besar mereka.  Sebagai penganut budha, para pak supir ini juga melakukan ritual doa dan pasang kembang2 sesaji untuk meminta keselamatan di perjalanan.  Yah lumayanlah jadi ada yang ditonton.  Sayangnya, kelakuan mereka yang ngga enak dilihat aga ganggu buat mata gw.  Itu tuh, meludahkan air sirih dimana2. Agak gimanaa gitu ngeliatnya, pada cuh cah cuh sambil ngunyah2 sirih...

Jam 8.30an, bis pun berangkat. Beda dengan bisa sebelumnya yang menuju Bagan, bis yang ini agak kurang cihuy.  ACnya ngga sedingin ke Bagan, plus gak ada doorprize, hahaha. Nama bisnya Shwe Man Thu (kalo ngga salah). Perjalanan sekitar 6 jam lagi, dengan berhenti  sekali untuk makan siang.
Tempat berhentinya juga ngga se-fancy waktu perjalanan ke Bagan, ini lebih menyerupai warung makan tinimbang restoran.  Tapi justru disini gw pertama kali ngerasain bener2 set menu ala Myanmar yang isinya adalah Nasi+Sayur asam+ikan kuah kuning plus satu piring isi lalapan+sambel ala mereka yang mirip sambal terasi.  Satu porsi makanannya  2500 Kyat.


makanan set menu Myanmar, Nasi+ Lauk +Saus tomat+sayur + lalapan


Sepanjang perjalanan, banyak ngeliat masyarakat Myanmar bersarung longyi sedang naik mikrolet. Naik mikroletnya agak seru, karena ngga sekedar ngemper di lantai mikrolet, mereka juga naik ke atas atap. Ekstrim banget deh...
banyak banget ni ketemu penduduk yang sedang jalan2 naik angkot sampai menuh2 in atap gini, tetep bersarung dong..

Sekitar jam 2 an, sampailah kita di pertigaan Shwe Nyaung.  Tapi ngga seperti yang gw baca bahwa bis biasanya berhenti di pertigaan ini, bis gw jalan terus masuk ke arah kota Nyaung Shwe. Sekitar 7 km kedalam.  Begitu berhenti di tapal batas kota, masuklah dua orang pemuda tak berseragam yang meminta bayaran 10,000 Kyat perorang untuk biaya masuk kota.  Dipalak? ya engga dong, emang mereka pegawai resmi pemerintahan yang bawa karcis masuk, ngga pake seragam aja sih...

Dari pinggir kota ini, kita naik sejenis motor-angkot, dengan ongkos 2000 Kyat per orang.  Kali ini gw naik rame2, ngga ditawarin private, mungkin karena muka mulai kucel jadi keliatan deh ngga punya duwitnya.. hahaha...

Ternyata, hotel yang gw book terletak di pinggir sungai. Namanya View Point Lodge and Fine Cuisine.  Hotel cuantik manis yang terletak diatas rawa/sungai, dengan kamar2 terletak dipenjuru rawa kecil.  Banyak tanaman air, ikan dan bebek yang bikin suasana hotel ini makin keren dan romantis. Ihiy banget deh buat berduaan.. nontonin bebek wekwek kelilingan rawa hehehe. Ohya, gw book kamar disini dengan rate 74USD per malam.
Dari perkiraan gw, pemilik hotel ini adalah seorang bule (mungkin Prancis--mengingat makanan di restonya banyak makanan Prancisnya) yang kuaya bianget (soalnya bisa bikin hotel secantik dan sebesar itu di daerah nun jauh di pedalaman Myanmar) punya selera yang bagus, dan juga jatuh cinta pada kebudayaan (dan mungkin orang) Myanmar :). Hehe, tebakan gini soalnya malem2 ketemu bule yang lagi sidak sambil ngobrol sama manajer hotelnya, kayaknya serius banget ngebriefnya.


Jatuh cinta pada peradabannya kelihatan banget sama brosur2 mengenai kosmetik Myanmar yang mereka letakkan di kamar mandi.  Plus sama sample kosmetiknya itu. Ada Tanaka untuk bedak dingin--lihat part 1 untuk tahu lebih jelas ttg Tanaka, ada Loofah alami untuk scrub, ada bubuk hitam kasar yang gunanya untuk luluran, dan yang paling aneh adalah akar pohon yang harus direndem dan diunyek2 untuk keluarkan cairannya yang bisa dipakai untuk keramas dan bikin rambut jadi halus lembut dan berkilau. Katanya sih...
Alhasil, sore itu, gw berjam-jam (bohong deh, 30 menit aja) menghabiskan waktu di kamar mandi buat nyobain semua sample2 kosmetik itu. Mencoba mandi dengan bahan alami tanpa zat kimiawi sama sekali. Dan begitu gw keluar kamar mandi, gw langsung berasa secantik putri Myanmar jaman dahulu, Indra aja sampai kagum dan terpesona melihat gw (OK, ini juga boong :P, dia biasa aja sih, cuman nanya, : udah selesai mandinya?).

Karena masih sore, setelah merasa cakep seusai mandi, kita pun jalan2 kaki disekeliling Nyaung Shwe.  Kotanya kecil, habis dikelilingi selama 30an menit jalan dengan kecepatan super lambat sambil ngobrol ngalor ngidul.  Banyak toko yang menjual minuman keras khas Myanmar dan juga Sirih+bahan2 lain buat nyirih di pinggir jalan.  Ada beberapa kafe2 kecil dan tempat ngopi di sepanjang jalan.  Setelah puas jalan, kita pun memilih untuk duduk nongkrong sejenak di sebuah kafe kecil bernama The French touch.

The French touch itu kafe kecil berwarna oranye yang terletak di sebuah gang ini tampilannya menarik.  Kursi2 oranye plus banyak foto2 penduduk Myanmar dengan pose yang menarik dipasang di dindingnya.  Yang mereka jual adalah makanan besar ala Prancis, maupun Myanmar.  Ada juga Kopi dan Eskrim home made yang lucu2 rasanya (semacam Dragon fruit, Coconut, Mandalay Rum) walaupun rasa2 yang lebih standar semacam vanilla, mocca, chocolate maupun strawberry juga ada.  Ada juga rerotian semacam Croisant (yang gendut enag). Yang jelas, tempat ini enak buat duduk leyeh ngobrol, terutama karena terasa sedikit lebih dingin dibandingkan diluar yang puanas walaupun matahari sudah menggelincir turun. 







Sore ini kita juga bertemu dengan seorang ibu pebisnis boat pada saat kita sedang berjalan2.  Si ibu ini mengaku memiliki 2 buah boat dan menawarkan jasa keliling danau untuk besok hari.  Harga yang ditawarkannya adalah 15,000 Kyat untuk perjalanan standar, 18,000 Kyat untuk mampir ke beberapa Pagoda tambahan.  Karena pernah baca kalau perjalanan standar biasanya dihargai 18,000 Kyat, gw pun setuju untuk pakai boatnya dia, dikemudikan oleh keponakannya.  Kita pun janjian untuk ketemu di dermaga besok jam 8 pagi.  Awalnya si ibu minta DP, tapi karena gw takut ditipu, gw ngga mau kasih DP, hanya bilang gw konfirm, pasti datang jam 8paginya. 
Btw, si ibu ini asyik diajak ngobrol dan penjelasannya jelas, walopun bahasa inggrisnya agak kacau tapi pede untuk tetap ngobrol walaupun kadang dicampur bhasa tarzan, dan yang lucunya, obrolan kita jadi makin seru saat dia tahu kita datang dari Indonesia. Soalnya si ibu ini penggemar bola, dan saat itu sedang berlangsung penyisihan AFF U-19 di Myanmar, jadi nama negara Indonesia cukup dikenal si ibu dari pertandingan2 yang dia tonton.  Mana kita kalahan pula, jadi ngga bisa sombong deh...

Malam ini, makan malam kita rada lucu.  Gara2 udah berasa kenyang makan eskrim dan croissant, kita milih makan ayam goreng ala KFC2an plus ayam bakar lokal yang dijual pinggir jalan.  Ayam goreng KFC nya sih mirip sama disini, cuman ngga pake tepung, dan ayamnya guedeee banget.  Yang nyebelin, adalah mereka ngga pake saus cabe buat sausnya, tapi pake saus ala lumpia (yang bening kental, ada taburan cabe disana sini). Gak ada pedes2nya, asem manis doang...  Kalo ayam bakarnya,yang unik juga saus celupannya, asam manis juga tapi berwarna oranye.
Penjual ayam bakar ala Myanmar


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Paginya, kita memulai hari dengan sarapan besar di resto hotel.  Sarapannya besar, soalnya selain dikirimkan satu nampan besar yang berisi sarapan lengkap (toast, ham, 2 macam yogurt, buah2an, pudding, aneka keju), kita juga bisa memesan telur terserah diapain aja, plus masih ada satu mangkok sup sarapan ala soto Myanmar.  Alhasil selain kekenyangan, kita jadi telat datang ke dermaga untuk memulai petualangan danau hari itu.
makanan sarapannya View Point Hotel, porsi besar, bisa nahan laper ampe jam 1 siang!

Pada saat sarapan, kita sempat diajak ngobrol oleh manajer/chef restoran.  Setelah tahu kita dari Indonesia, dia bercerita tentang temannya sesama chef yang berasal dari Indonesia dan pernah bersama2 kerja di Yangon, 15 tahun lalu.  Yang lucu, dia sedikit lupa nama temannya, tapi dia inget pasti merek rokok enak yang dimiliki temannya, dan dia sering minta : Gudang Garam :) hahaha.

Begitu sampai di dermaga, kita langsung didatangi oleh si ibu yang ternyata namanya adalah Man Than Than Aye (susah buat gw nyebutnyaaa).  Kayaknya dia agak kewatir kalo kita batal, soalnya mukanya sumringaaah banget ngeliat kita. Atau karena gw keliatan cakep ya, makanya dia seneng ngeliat gw? ;)

Boat yang kita naiki adalah boat wisata dengan dua tempat duduk kayu (bisa ditambah sampai 5 kayaknya) dan dilengkapi dengan rompi pelampung dan payung.  Supir ada di belakang perahu sambil mengendalikan mesin perahu. Si supirnya ternyata adalah keponakan ibu Man than than, namanya Sean (hee, kok yang ini gampang ya?)

Perjalanan dimulai dengan menelusuri sungai menuju danau.  Setelah sekitar 30 menit menelusuri sungai berwarna coklat muda, akhirnya kita sampai juga di danau Inle yang berair kebiruan.  Matahari menyengat banget siang itu, sampai rasanya kita berperahu di atas cermin gegara air yang saking memantulkan cahaya matahari sampai berasa seperti cermin.

Objek pertama yang kita lihat adalah beberapa nelayan yang sedang menjala ikan di tengah danau, yang menarik, mereka menjalankan perahunya paka teknik leg rowing aliyas mendayung pakai kaki. Aneh banget deh, posisinya berdiri diujung perahu, kakinya mengepit dayung, sambil digerak2in. Katanya sih gara2 banyak tanaman yang bisa bikin perahu nyangkut, yang ga keliatan  kalau posisi dayungnya duduk.  Makanya mereka ciptain cara dayung pake kaki gini


Leg Rowing fisherman


Ngga berapa lama setelah itu, kita sampai di floating garden.  Kebun tomat besar yang mengambang di tengah danau.  Pantesan selama perjalanan kita sering ketemu sama perahu2 bermuatan penuh tomat seliweran, ada kebun yang lumayan gede toh ditengah2 danau.
Sean ngasih kita 2 pcs tomat untuk dicoba setelah sebelumnya dicuci pakai air danau. Tomatnya seger, miriplah sama tomat Indonesia, hahaha sama2 tomat.
Ini mau gue makan ngga ya?

Kita kemudian sempat dimampirin ke beberapa workshop kerajinan khas inle Lake.  Ada kerajinan silver dengan bentuk2 disain khas, ada workshop rokok khas Myanmar, ada juga kerajinan payung dari kertas berbahan dasar eceng gondok.  Yang berasa unik banget buat gw adalah kerajinan tenun dengan bahan dasar getah teratai/lotus.  Jadi untuk bikin benangnya, tangkai teratai dipatah2in, dan getah yang keluar berbentuh seperti sarang labah2, diambil dan kemudian dikumpulkan menjadi benang. Bener2 namanya kerajinan deh, soalnya agak2 rajin banget ngumpulin getah buat bikin benang :). 
Untuk kerajinan lain, walaupun ngga unik2 amat, tapi ada bagian2 yang membuatnya unik, misalnya kerajinan silver, mereka punya disain2 yang hanya ada di Myanmar, misalnya berbentuk ikan yang bisa bergerak kekanan kekiri atau atas bawah.  Atau kerajinan rokok, yang punya dua jenis Rokok, satu yang strong, dan satunya lagi yang manis khas Myanmar.  Rokok manis ini dibuat dari campuran tembakau, daun nanas, plus madu, dan manisnya bener2 kerasa manis. Mereka jual per kotak isi 12 6000Kyat, atau 8000 Kyat kalau pake kotak dari Lacquer.


Di inle lake ini, gw juga bertemu dengan 2 orang suku Long Neck yang tinggal di salah satu workshop.  Mereka kayaknya bekerja sebagai penarik perhatian dari para turis. Lumayan berhasil sih, gw aja jadi pengen foto bareng mereka hehe. Kita juga sempet ngelewatin sekumpulan rumah2 penduduk yang dibangun diatas danau. Rumahnya bagus dan terlihat terawat serta berwarna warni.

Ada salam khas dari pemilik semua workshop ini yang selalu mereka sampaikan ketika kita pulang : bye! See you next year! hahaha, pinter banget ya, masukin ide bahwa tahun depan kita bakalan balik lagi ke Myanmar...


Foto bareng suku long neck, agak serem gw, takut palanya cuprul



rumah2 penduduk danau yang berdiri panggung diatas danau, warna warni dan bersih, ngga ada sampah ataupun bebauan

Setelah mengunjungi Workshop, kita pun Makan siang di restoran di tengah danau.  Siang itu kita memesan sayur 5 macam ala capcay, ayam jahe tumis dan Ikan goreng bumbu Myanmar.  Semuanya 15,000 Kyat.

Setelah makan, kami pun berperahu lagi, kali ini menuju dua buah pagoda di pinggir danau. Pagoda aktif yang penuh dengan masyarakat lokal yang bertandang ataupun berdoa.  Ada juga pasar dibagian bawah pagoda tersebut, yang bukan pasar turis, namun lebih kaya pasar buat lokal.  Jualannya aneh2, seperti pisau bajak, tas rotan. gw sempet nemu celana sedengkul dan beli dengan harga 4000 Kyat.

Seharusnya masih ada satu objek wisata yang didatangi di tur perahu ini : Floating Market. Sayangnya, kalau hari Senin, floating market (dan pasar biasa) ngga buka, so, terpaksa kita harus skip deh pengalaman me-masar ala Inle lake.  

Seusai Pagoda, baliklah kita kembali berperahu ke dermaga kecil pinggir sungai.  Total jendral perjalanan pagi-siang itu adalah sekitar 6 jam perjalanan.  Panas tapi asyik, plus banyak hal2 baru yang baru kali itu gw liat.

Begitu sampai ke dermaga, si ibu Man than than aye, sudah nunggu disana, ternyata untuk menawarkan jasa taksi untuk ke airport keesokan harinya.  Setelah tawar menawar, akhirnya kita bisa berdamai di angka 16,000  kyat. Lumayan dibanding yang ditawarkan hotel 20,000 kyat.


si ibu pengusaha boat dan taksi : Man Than Than Aye

Sore ini juga, gara2 badan pegel2 naik sepeda seharian kemarin  dulu di Bagan, plus rada kaku2 habis naik bis dan juga perahu, kita memutuskan untuk massage full body with tanaka di hotel.  Lumayan juga dipijet abis itu sebadan diolesin tanaka yang wangi n dingin.  Sayangnya, si mbak pemijatnya kurang bertenaga, jadi agak kaya diusep2 gitu deh... tapi lumayanlah., badan kerasa agak hilang pegelnya.  Ongkos pijetnya 10,000 Kyat per orang untuk 90 menit pemijatan.
korban Tanaka, biar kulit halus mulussss
 Malam itu, kita juga memutuskan makan di restoran hotel, karena udah males keluar dan jalan kaki. Sayang2 sama kaki yang abis "dibenerin", takut nanti pegel lagi :).
Restorannya ternyata juga cantik banget. Bangunan berbentuk lingkaran dengan kursi2 semua berada disisi luar lingkaran sehingga pengunjung Restoran bisa melihat pemandangan diluar.  Pemandangan diluar adalah jembatan kecil dan pinggir sungai yang menuju ke arah danau Inle lake. 
Malam ini, karena "sok" sehat gw cuman memesan sup bihun ala Myanmar.  Sup berempah yang bikin badan jadi hangat, tapi ngga terlalu bikin kekenyangan.  Enak :).

restoran hotel yang berbentuk bundar. Cantik!


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Day 6-7 Yangon

Pagi hari ke 6 ini, kita akan kembali ke Yangon dengan naik pesawat Air Bagan.  Lumayan mahal sih, USD 264 berdua, kalau dibandingkan dengan naik bis yang cuman sekitar USD 44 berdua.  Tapi mengingat waktu mepet, plus, dua kali naik bis udahlah cukup untuk meremekkan tulang2 dan otot bokong, ya gw pilih rada keluarin duit lah. Plus biar ngerasain naik pesawat di Myanmar juga sih...

Airport di Nyaung shwe terletaksekitar 1 jam perjalanan naik taksi dari hotel.  Heho Airport namanya.  Bandaranya kecil dan kelihatan seperti kantor kelurahan tinimbang bandara.  Tapi diam2 banyak pesawat2 kecil yang berlintasan di bandara ini, plus ada wifi gratis juga :).
Heho airport dari dalam ruang tungggunya. Mirip Sekolahan/Kelurahan kan ya?
 
Air Bagan juga keciiiil banget pesawatnya, sekitar 60 orang penumpang doang. Tapi pelayanannya lumayan, dapat makanan lengkap juga untuk perjalanan sejam.
--------------

Begitu sampai bandara Yangon , kita sudah disambut oleh pak supir (ayemyint3380@gmail.com) yang sudah berdiri manis memegang kertas print-an namanya Indra. Mukanya sumringah juga ngeliat kita hehe...
Gw langsung menyerahkan daftar belanjaan, eh daftar lokasi yang pengen gw datengin.  Dia bilang OK, pls dia akan tambahin beberapa tempat menarik yang bakalan kita suka.

Perjalanan pertama siang ini, menuju Yangon Drugs elimination. Museum besar yang terletak ada di pinggir kota.  Museum ini bercerita tentang bagaimana Narkoba masuk ke Myanmar, sejak jaman penjajahan dahulu, bagaimana opium menjadi bisnis besar para penjajah di daerajh jajahannya, termasuk Myanmar, sampai bagaimana mereka berupaya menghapus narkoba di Myanmar. Apa dan bagaimana kerugian dan korban2nya, serta hukuman pengedarnya, sampai apa saja upaya yang mereka lakukan untuk merehabilitasi hidup para pencandu narkoba.  Sebenarnya temanya sendiri menarik, sayang kelihatannya museum ini kurang dirawat.  Walaupun besar sekali dan sangat lengkap, tapi berdebu banget, kelihatan kaya ngga pernah dibersihin.  Alhasil, walaupun kepala sedikit nambah pinter tentang sejarah narkoba di Myanmar dan jadi tahu wujud ladang opium, hidung gw malahan berubah jadi umbelan gara2 bersin bolak balik.

Setelah dari Museum, pak Supir meluncur mengajak kami ke Shwedagon Pagoda, pagoda paling besar paling megah sak-Myanmar.  Saking besarnya mereka punya banyak pintu masuk, tapi berdasarkan saran pak supir, kita masuk lewat pintu Barat yang menggunakan Eskalator, sementara pintu2 lain menggunakan lift. (soalnya pak supirnya takut kalau liftnya mogok pas kita didalamnya).
masuk ke dalam Pagoda, sebagai turis kita harus membayar 8000 Kyat per orang, dan bakal dapetin peta sekalugus brosur.  Oh ya, kalau pake baju yang ngga nutupin dengkul, juga harus beli Longyi (atau ganti baju juga boleh sih) disini.

Seperti pada umumnya Pagoda, di Shwedagon kita juga harus kudu ngelepas sepatu, sendal dan juga kaos kaki. Nyeker lah.  Yang asik, baru sekali ini gw naik eskalator tanpa sepatu, serem juga sih, takut kelingking gw nyangkut, bisa copot kan...


dua sejoli menuju Shwedagon Pagoda
Kewatir banget kaki kejepit nih...





Begitu nyampe diatas, gw langsung terkagum2... Gila ini Pagoda guedeeee banget, plus banyak aneka bangunan lain yang bikin perasaan gw bukannya masuk ke tempat ibadah, tapi berasa masuk ke taman permainan semacam Dufan. Gedeeee, luaaas! Banyak oraanng!
salah satu pojokan di Komplek Shwedagon Pagoda yang gedenya luar biasa banget... ini cuman seuplik dari keseluruhan pagodanya

Ada beberapa titik persembahan di depan pagodanya, masing2 titik bertuliskan nama hari. Mungkin seperti nama weton kalau di jawa.  Semacam Rebo legi, kamis pahing dll dsb. Dimasing2 nama hari tersebut, ada patung dan sesajian, juga ada gentong berisi air.  Para peziarah melakukan ritual/sedekah untuk hari kelahiran mereka dengan memandikan si patung menggunakan air yang ada di gentong tersebut.

weton gw : Wednesday morning.  Dari semua hari, hanya hari rabu saja yang terbelah menjadi padi dan malam, ngga tahu kenapa.



 Pas lagi asyik jalan2 sambil ngobrol santai thawaf di Shwedagon ini, tiba2 kita didatangi seorang bapak yang sangat bagus bahasa Inggrisnya, awalnya ngajakin ngobrol basa basi : dari mana dll dsb, ternyata dia adalah tur guide yang menawarkan jasanya untuk memandu kita selama di Shwedagon.  Setelah ngobrol2 dan bilang bahwa waktu kita hanya 30an menit (soalnya dah mulai lapeeeer), kita akhirnya setuju untuk dipandu sama si bapak ini berkeliling Shwedagon.  

Ngga cuman bercerita tentang sejarah maupun ini itunya Shwedagon, si bapak juga bercerita banyak tentang kehidupan di Myanmar, bagaimana dia pernah 3 kali menjadi biksu, atau bagaimana rezim militer menguasai kehidupan di Myanmar.  Di beberapa opsi foto, si bapak juga menawarkan untuk mengambil foto kita, ataupun foto Shwedagon pagoda dengan sudut2 yang menarik.  Dan si bapak ini bangga banget dengan hasil karyanya, hihi

Btw bapak ini dulunya bersekolah di sebuah sekolah Inggris, jaman rezim militer belum menguasai Myanmar. Makanya bahasa Inggrisnya bagus banget.  Si bapak ini, saat ini berusia 64 tahun, dulunya guru selama beberapa tahun, namun karena himpitan ekonomi, akhirnya memilih menjadi freelance guide, yang lebih bisa menghasilkan uang untuk keluarganya.

Di Shwedagon ini, dengan informasi dari pak guide, kita jadi tahu, bahwa dibagian payung pagoda, itu terletak banyaaak sekali harta karun berupa cincin/gelang atau apapun yang berbentuk emas.  setiap beberapa tahun sekali, ketika payung pagoda dibagian atas itu diturunkan untuk dibersihkan, pihak pagoda akan menawarkan kepada masyarakat yang ingin meletakkan harta diatas pagoda, sebagai lambang persembahan.  Dan Foto dari dekat menunjukkan isi payung tersebut benar2 kaya harga karun berpeti2 cincin, kalung, emas, dan batu mulia.  Ngga nyangka masyarakat Myanmar yang kelihatan tak terlalu kaya, ternyata sangat religius dan royal, terutama dalam hal persembahan2.

Gambar candid karya si pak guide, pada saat dia minta kita untuk rasakan tebalnya genta. Memang tebal luar biasa, sekitar 30cm kedalamannya...

gambar2 lain karya pak guide, lucu, terutama yang menggunakan sudut jendela sebagai bingkai untuk gambar pagodanya
tampilan si pak guide, lupa euy namanya...

Setelah dari Shwedagon, karena udah lapar luar biasa, kita minta pak supir untuk langsung capcus meluncur mencari makan siang.  Dia tawarkan rumah makan khas Myanmar yang menurutnya enak.  Kita sih asik2 aja, kalau kata orang myanmar enak, ya kita ngikut dong ah...
Resto yang kita datengin kelihatan seperti resto yang laku banget : rame, dan berantakan. Kalau di Jakarta selatan, mungkin kaya rumah makan sate djono, atau soto pak min di jam kerja gitu,.. banyak orang, tapi pelayanannya cepat.  Kita pilih2 makanan di etalase ala warteg, lalu mereka antar ke meja.  Yang kita pilih adalah kari kambing, ikan sayur, pare tumis, bubur jagung (ini kayak puree jagung gitu, ngga tahu harusnya jadi pengganti nasi atau sayur juga, tapi enak sih).  Dan mereka juga punya lalapan komplit seperti di resto pinggir jalan di perjalanan menuju inle lake kemaren dulu.

Makanannya enak, serupa tapi tak sama sama makanan Indonesia. Setelah makan, ada 2 dessert khas Myanmar yang diletakkan di meja. Yang satu adalah toddy palm alias gula kelapa -- berbentu seperti gumpalan gula jawa kecil2.  Ujar pak supir, si gula kelapa ini berguna juga buat ngehilangin sakit perut kalau kita makannya ngga bener.  
Satunya lagi, adalah acar daun teh, yang rasanya sepat asam.  Dimakannya bareng sama sejenis kacang goreng. Rasanya campur2 jadi lucu, asem gurih, sepat.  

toddy palm (sebelah kiri) dan acar daun teh+ kacang, snacking sekalian dessertnya orang Myanmar

Setelah makan, kita meluncur lagi menuju Chaukhtatgyi Temple, tempat reclining Budha terbesar di Yangon.  Panjangnya 65m dan terletak didalam sebuah pagoda besar.  Menurut pak guide di Shwedagon tadi, Budha sering digambarkan dalam bentuk reclining atau berbaring, karena Budha tidak tidur, malam hari setelah mengajar, dia akan berbaring (reclining) untuk mengulang kembali apa yang sudah didapatnya hari ini, serta berdoa untuk kemuliaan mahluk hidup. Makanya, posisi kelopak matanya selalu terlihat terbuka.



One of the biggest Reclining Budha... Di kakinya ada ukiran tentang ajaran agama

Setelah dari reclining budha, kita diantar ke pak supir menuju Mingalar Market.  Pasar tekstil yang dari beberapa referensi katanya jauh lebih otentik dari Bogyoke Market. Pasarnya mengingatkan gw sama beringharjo, tapi kalo yang di Jogja jualannya batik, disini Longyi sama barang2 plastik impor china yang banyak

Ohya, Batik Indonesia itu ngetop loh disini! Pada beberapa kesempatan, saat gw bilang sebagai orang Indonesia, banyak dari orang Myanmar yang langsung bilang : Batik! Juga melihat tas batik yang gw pakai ada yang langsung nebak : ini batik Indonesia ya? Di pasar Mingalar ini, bahkan gw menemukan beberapa kios yang menjual kain batik sebagai longyi.  Ngga tahu itu batik Indonesia atau bukan, tapi kalau mereka sudah mengasosiasikan batik = Indonesia, kemungkinan ya semua batik diimpor dari kita. Yihuui!
 

 Tampilan Mingalar Market, pusat tekstil di engah kota Myanmar

 
Setelah lanjut lagi menuju taman kota Yangon Kandawgyi Park, yang terletak disalah satu pinggir pagoda Shwedagon.  Selain bisa nongkrong2 lucu ditaman ini, kita juga bisa memandangi Shwedagon dari kejauhan.  Oh ya, kabarnya Shwedagon terlihat sangat cantik kalau dimalam hari karena di sinari dengan banyak lampu.  Dan ada beberapa titik didalam Shwedagon dimana pada malam hari disinati khusus, sehingga kita bisa melihat batu permata berkilau2 beraneka warna.  Sayangnya kita ngga sempat untuk melihat pemandangan itu...

Setelah puas nongkrong dan memandangi para kawula muda Myanmar asyik masyuk ngobrol di bawah terik mentari sore hari di Kandawgyi,  Kitapun meluncur ke objek wisata selanjutnya : Botataung Pagoda.
Botataung Pagoda terletak di Yangon downtown, dan berada di dekat Yangon River.  Pagoda ini juga merupakan pagoda yang masih sangat aktif digunakan oleh masyarakan Yangon. Yang juga membuat para pengunjung datang adalah, karena di dalam pagoda ini disimpan satu buah relic rambut asli sang Budha, yang disimpan didalam ruang kaca berhias.  Gw bahkan ngga bisa menemukan dimana rambutnya, mungkin berada didalam tempat sesajian emas.
Seluruh dinding pagoda ini terbuat dari emas, yang kelihatannya asli, karena dindingnya kemudia dilapisi dengan kaca tebal-- mungkin takut dikruek-kruek turis? lumayan dapet satu gram... Disini juga gw denerin ibu2 yang bersimpuh depan dinding sambil menyanyikan lagu2 pepujian yang miriiip banget seperti mendengar orang sedang mengaji.
tempat menyimpan relic rambut Budha, banyak orang melemparkan uang sebagai sesajian disini


            Pemandangan penjual sesaji depan Botataung,  Tampilan luarnya Botataung, dan Dinding emas di Botataung (ih muka gw jadi pucet banget kena refleksi emas)

Botataung ternyata adalah tujuan terakhir kita untuk jalan2 hari ini, bagus juga sih, soalnya dah mulai teler.  Kita dianterin ke hotel kita yang terletak di tengah kota yaitu Clover city center hotel untuk check in dan ganti baju, untuk kemudian bakal dianterin ke Chinatown buat makan malam.

berbeda sama hotel2 kemarin yang manis cantik mempesona, Clover city center ini merupakan hotel bisnis yang berada di tengah kota ditengah kumpulan ruko2. Nama daerahnya adalah Pabedan, daerah yang terletak dekat sekali dengan Sule Pagoda, Scott/Bogyoke market dan merupakan daerah dengan konsentrasi muslim tertinggi di Yangon.  Jadi, didekat2 Hotel, banyak sekali menemukan orang myanmar berjanggut panjang dan berbaju koko lengkap dengan sarung sedang berjalan2 atau berjualan.
Sule Pagoda dipandang dari jembatan penyebrangan dekat hotel

Hotelnya, namanya juga hotel bisnis, ya sangat efisien.  Maksudnya kamarnya keciiiil banget.  Harganya semalam USD72, tapi ukuran kamarnya jauh lebih kecil dibanding dengan di Inle lake, apalagi di Bagan.  Yah, namanya di kota kali ye, apa2 mahaaal... Oh ya, hotel gw ini berbelakang2an sama Shangrilla hotel, hehe, kalo naik taksi, biar gaya ngaku turun Shangrilla aja kali ye, trus jalan kaki, hihihi....

Setelah check in, mandi dan pasang pupur, langsung kita didrop di daerah Chinatown yang dekat banget dengan daerah Pabedan, sekitar 15 menit jalan kaki doang kayaknya. Disini kita langsung jalan2 menikmati pasar malam yang berada di sepanjang jalan.  Banyak penjual makanan, penjual buah, dan juga baju di pasar malam ini.  Lumayan pesta buat mata!

Disini kita sempat berhenti disebuah jalan kecil yang penuh dengan kios2 makanan buat makan malam Ikan bakar + Cumi bakar.  Ikannya dibakar tanpa banyak bumbu, tapi di bagian perutnya diisi dengan aneka rempah segar yang wangi aromanya uenak... Karena ngga pake nasi, sebenernya gw berasa bisa sih makan satu porsi lagi...mana murah banget cuman 2500 Kyat untuk seekor ikan bakar.  Untung gw diselamatkan rasa malu, kalo ngga pasti gw udah order nambah :p
salah satu penjual buah di pinggir Chinatown
makan ikan bakar rasa rempah,enak banget, pengen nambah wuyyyy

Pas jalan2, gw juga sempet masuk ke supermarket lokal kecil di Chinatown itu, dan menemukan sebuah pemandangan yang sama bangganya dengan nemu Raisa di Bagan kemaren dulu.  Sekarang ada Asmirandah!
Ada Asmirandah di displaynya head and shoulder... ihiiiy :)



Balik dari chinatown, kitapun berjalan kaki menuju hotel, sempet mampir2 sebentar beli duren enak seharga 3000 Kyat plus mengelilingi daerah pabedan yang penuh dengan bapak2 bersarung berjenggot dan mengantri beli sirih.  Iya, beli sirih+kinang yang dilipat2 berbungkus seperti permen aja pake ngantri loh.  Mungkin, buat orang yang tahu, rasa racikan tiap pedagang itu beda2 kali ya, jadi ada yang lebih ramai ada yang lebih sepi jualannya.
banyak juga yang jualan makanan2 seperti gorengan, sebenernya pengen beli, terutama karena walaupun ngga ngerti itu apa, tapi karena dijual di daerah pabedan dengan penjualnya ibu2 berkerudung, pasti dong yakin kalau halal... sayangnya gw udah kenyang gegara makan duren setengah buah....

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Keesokan paginya, setelah sarapan di hotel (yang makanannya ngga enak sama sekali, tahu gini, gw mendingan makan diluar aja, banyak tukang mie kuah), kita langsung jalan kaki menuju Sule Pagoda. Pagoda ditengah2 bundaran jalanan besar di downtown yangon. Yang menariknya dengan pagoda ini adalah, walaupun luarnya hiruk pikuk banget, tapi didalam pagoda dan lingkungannya, sepiii banget. Tenang.  
makan mie kuah di pinggir jalan

Banyak orang yang datang yang sudah berpakaian kerja, kelihatannya mampir sejenak ke pagoda buat berdoa meminta rezeki sebelum mulai bekerja, itu sudah jadi kebiasaan disini.  Muka mereka kelihatan khusuk sekali saat menundukkan kepala berdoa, atau saat menuangkan air ke atas patung dewa yang merupakan dewa penjaga "weton" mereka.

Didepan pagoda, banyak orang menjajakan burung2 kecil.  Bukan, bukan buat dipelihara, apalagi dimakan... burung itu akan dilepaskan oleh kita, setelah kita berdoa (menitipkan pesan), kaya pembawa pesan ke dewa gitu deh...

Lanjut setelahnya, kita menuju kantor pos, karena seorang teman--- sebut saja namanya Rachel Wijaya, menitipkan dikirimin kartu pos (kayaknya sampai sekarang belum nyampe deh:().  Setelah bolak balik muter2 peta, akhirnya kita menemukan juga itu kantorpos, hanya untuk mendapatkan, kantorposnya itu ngga ada orang sama sekali. Sama Sekali! padahal udah jam 9, dan pintu dibuka.  Kita celingukan, halo2, asalamualaikum, tetep nngga ada orang yang keluar.


nunggu 10 menit didala kantor pos tua ini, dan ngga ada satupun petugas yang nampak batang hidungnya :(


Setelah 10 menit, habis deh kesabaran kita, akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kita ke Scott/Bogyoke Market.  Pasar besar yang ada di Yangon, gedungnya cantik dan pasarnya bersih. Disini banyak dijual souvenir2 untuk turis, walaupun banyak pula barang2 yang lebih diperuntukkan untuk para penduduk lokal.


itu tuuu yang namanya Bogyoke Aung Saan Market
pasarnya bersih, tapi masih agak panas walaupun atapnya sudah tinggi, mungkin karena pas gw kesana pas lagi panas2nya?
Karena dari kemaren ngga (banyak) belanja, di pasar ini gw agak (sedikit) kalap belanjanya.  Untungnya barang2nya ngga terlalu banyak yang 'unique to myanmar' banyak yang mirip2 dengan barang laos atau cambodia, jadi gw berasa --oh udah punya-- nya sering. Ngga terlalu boros deh.  Tapi belanja belanji oleh oleh plus tanaka tetep dilaksanakan dengan seksama sih :).
Disini juga, akhirnya kita menemukan kantor pos yang buka, dan beli kartupos+perangko senilai 1500 Kyat buat dikirim di Indonesia. Sayangnya, walopun bilangnya 5 hari sampai, udah sebulan, belum juga itu kartu pos tampak kehadirannya baik di rumahnya Rachel, ataupun rumah gw. Huhu, entah siapakah yang dodol, kantor pos Myanmar, atau Indonesia...

Kelar dengan pasar suvenir, kita sempet mampir sebentar ke Parkson di perjalanan pulang ke hotel untuk naruh belanjaan.  Haha, kangen juga dengan mall dan departemen store setelah berhari2 hidup tanpanya, hampa deh rasanya.  Agak unik, karena parkson di myanmar ini, bagian depannya dijajah oleh para pedagang kaki lima.  dan bukan hanya kaki lima yang jualan baju/ barang2 kering, banyak juga yang jualannya sayuran dan buah. Sebel ngga sih si pemiliknya parkson ini...



Para pedagang kaki lima yang berkerumun tepat di depan pintu masuknya parkson, sebelahnya Bogyoke Market
 Habis naruh belanjaan, kita sempet makan siang di restoran Thailand  APK di samping American Vision (sebrang Bogyoke),  Makanannya enak, seger, pantesan aja walaupun harganya agak mahal (kita abis 20,000 Kyat buat salad ikan, ayam tumis, tumis kangkung dan 2 air mineral) tapi restoran ini selalu dipenuhi tamu.

Tempat terakhir yang kita kinjungi di kota Yangon adalah, balik ke Parkson lagi, tapi kali ini last bite makanan dan oleh2 di Supermarketnya yang serupa dengan foodhall.  Disini, mereka jual aneka makanan kering (umumnya ikan kering) yang dibumbui.  Ada juga sambal keringan yang dijual per ons. Dengan sisa2 harta gw, gw belilah satu ons lele kering, satu ons sambal kering, yangternyata begitu sampai dirumah dan dicobain, rasanya enak bangettt, nyesel ngga beli banyak!!
makanan kering ala Myanmar, mulai ikan, udang, mete, bahkan kulit pork
Kelar, lastbite, kembalilah kita ke hotel untuk check out dan ketemuan dengan pak Supir kemarin yang bersedia antar kita for free (karena kita sudah pakai jasa dia kemarin) --- hehe tetep kita kasih tip kok, soalnya senang dengan layanannya beliau yang antar kita kemana2 dan asyik buat cerita. Alamat emailnya dia : ayemyint3380@gmail.com ,siapa tahu ada yang tertarik gunakan jasanya :)

ini dia si pak supir yang antar kita di Yangon.

 Setelah menghabiskan 7 hari 6 malam, harus balik lagi deh kita ke kehidupan Jakarta.  Ngga akan lagi deh lihat orang bersarung jalan2 di tengah kota, atau bahkan di tengah mall :) Good Bye Myanmar, see you next year!


 
ini lukisan besar yang ada di pintu Airport Yangon... Good Bye Myanmar, See u again next year


 Mau iseng ah : buat siapa aja yang baca blog ini, dan bisa tulis di comment : berapa banyak kata "Myanmar" ada di tulisan ini --- yang paling pertama bener bakalan gw kirimin 1 paket Rock cookies (4 cute jar in box). Monggooo .... :)